PPRI menyiarkan “toentoetan kita, rakjat Indonesia, teroetama oentoek melaksanakan Perdamaian Doenia, jang kini sedang diganggoe oleh N.I.C.A dan komplotnja”.
Siaran Radio Pemberontakan Bung Tomo terdengar hingga Thailand dan Australia dan berhasil menarik perhatian dunia yang akhirnya menekan Belanda dan Inggris. Dunia Internasional bahkan mengirim berbagai bantuan.
Pidato Bung Tomo yang berapi-api itulah yang menjadi salah satu faktor yang memicu terjadinya Pertempuran 10 November 1945. Pertempuran tersebut berlangsung selama tiga hari tiga malam dan berhasil memukul mundur Belanda dari Surabaya.
Setelah Revolusi Nasional Indonesia berakhir, Bung Tomo sempat aktif dalam kehidupan politik. Ia pernah menjadi Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada kabinet Burhanuddin Harahap. Bung Tomo juga pernah menjadi anggota DPR 1956-1959 dari Partai Rakyat Indonesia.
Baca Juga:Piala Dunia U-17: Pelatih Timnas Ekuador Bingung Stadion di Indonesia Ada di Tengah Sawah
Bung Tomo meninggal dunia di Arafah, Mekkah, Arab Saudi, pada tanggal 7 Oktober 1981. Dirinya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara, Surabaya.
Keberanian dan semangat juang Bung Tomo telah menginspirasi banyak orang, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Bung Tomo telah menjadi simbol perjuangan kemerdekaan Indonesia dan menjadi teladan bagi generasi muda untuk selalu mencintai tanah air dan berjuang untuk kedaulatan bangsa.
Kontributor : Dinar Oktarini
