SuaraSurakarta.id - Tiga puluh lima tahun bukan perjalanan yang singkat bagi AKP Muhtar Fawaid dalam berkarir sebagai anggota polisi.
Sosok yang kini menjabat Wakasat Intelkam Polresta Solo itu kenyang asam garam menjalani peran abdi negara sekaligus pengayom masyarakat.
Namun, bergaul di 'kawasan hitam' Alun-alun Kidul Keraton Kasunanan Surakarta medio 1990-an jadi pengalaman yang tertuang dalam buku berjudul 'Harmoni Seorang Anggota Polisi' yang ditulis Muhtar Fawaid dan diterbitkan CV Diomedia.
"Kawasan itu kan dulu terkenal Molimo atau mabuk, main (judi), madon (prostitusi), madat (narkoba), serta maling. Saya bergaul dengan orang-orang di sana," ungkap AKP Muhtar Fawaid usai peluncuran buku setebal 259 halaman tersebut.
Baca Juga:Siapa FH Politisi yang Ancam Bunuh Kekasihnya Sendy Siregar? Korban Trauma sampai Lapor Polisi
Dari 'kawasan hitam' itulah, AKP Muhtar juga menuliskan pengalaman menarik saat dimintai tolong seorang pekerja seks komersial (PSK) yang mengkal di kawasan tersebut.
Saat itu, ada seorang pelanggan memboncengkan sang PSK setelah selesai 'memadu kasih'. Namun di tenah perjalanan, pelanggan itu meminta tolong setelah sandal jepit yang dia kenakan terjatuh.
PSK yang belum dibayar itu tanpa curiga turun dari boncengan berniat mengambilkan sandal jepit pria pelanggan.
Namun apa hendak dikata, motor yang dikendarai pelanggan langsung tancap gas kabur meninggalkan PSK yang menangis sesenggukan karena belum dibayar.
Nurani dan keibaan pun muncul. Muhtar memberikan saran dan nasihat agar si Kupu-kupu Malam itu untuk insyaf dan kembali ke halan yang lurus.
Baca Juga:Nikita Mirzani Dijadikan Tersangka, Netizen Dukung Hotman Paris Beri Hukuman Masuk ke Penjara
"Saya mendapat curhatan itu akhirnya menasihatii agar PSK itu ganti profesi. Alhamdulilah dirinya manut dan mendapatkan hidayah. Dia lalu berjualan wedangan," tuturnya.
Muhtar menjelaskan, bergaul di 'kawasan hitam' tak jarang membuatnya nombok secara materi karena sering dihutang oleh masyarakat di sana.
Meski demikian, jebolan Seba Milsuk Polri 1986/1987 SPN Purwokerto menyebut situasi itu justru membuatnya bahagia dan bersyukur bisa membantu masyarakat.
"Saya beri bantuan namun juga nasihat agar mereka tidak keluar dari jalur. Saya selalu menggunakan harmoni apakah sewaktu jadi pengakwah dan bisa menjalin hidup dengan masyarakat yang membutuhkan bantuan," ujar dia.
Tak hanya itu saja. Melalui buku yang digarap sekitar 6 bulan itu, sosok peraih penghargaan Polisi Teladan Polda Jawa Tengah 2018 tersebut juga memberikan pesan penting kepada koleganya
Baginya, pelajaran penting bagi seorang anggota polisi adalah hidup sederhana dan tidak terlalu menampakkan kemewahan.
Muhtar Fawaid berprinsip, menjadi anggota polisi yang utama harus bermanfaat bagi masyarakat.
"Kalau ingin kaya ya berusaha lewat tambahan dari usaha sampingan. Saya juga berwirausaha kecil-kecilan, kemudian juga bercocok tanam. Intinya jadi anggota polisi itu fokus untuk mengabdi," jelas lulusan Institut Islam Mamba’ul ‘Ulum (IIM) Surakarta tersebut.