SuaraSurakarta.id - Tragedi Stadion Kanjuruhan yakni kerusuhan usai laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam menimbulkan ratusan korban jiwa.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Efendi bahkan menyebut korban meninggal dunia mencapai 130 orang.
Muhadjir mengatakan, hingga saat ini ada kurang lebih 19 jenazah yang masih belum teridentifikasi dan berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saiful Anwar Kota Malang. Sementara untuk jenazah lainnya, sudah diambil oleh masing-masing keluarga.
Namun yang lebih memilukan, salah satu korban tewas adalah balita berusia 2 tahun bernama Gibran Raka Elfano yang berlamat di Pakisaji, Kabupaten Malang.
Baca Juga:Akibat Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Kapolri Diperintah untuk Bertolak ke Malang
Hal itu berdasarkan daftar korban meninggal dunia yang juga diterima Suarasurakarta.id.
Dari daftar korban meninggal dunia, mayoritas berusia belasan hingga 20-an tahun.
Muhadjir Effendi mengimbau jika masyarakat ada yang merasa kehilangan keluarga saat menyaksikan laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, pada Sabtu (1/10/2022) malam, diharapkan bisa mendatangi ke RSUD Saiful Anwar.
"Kalau ada keluarga yang merasa kehilangan, terutama keluarganya yang Aremania, itu segera melakukan pengecekan di Saiful Anwar. Ada 19 orang yang belum teridentifikasi," katanya.
Kericuhan terjadi usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu malam.
Baca Juga:Tragedi Kanjuruhan Malang: Bonek Sangat Berduka Karena Ini Indonesia
Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.
Kerusuhan tersebut semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut.
Petugas pengamanan, kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak masuk ke dalam lapangan dan mengejar pemain.
Dalam prosesnya, akhirnya petugas melakukan tembakan gas air mata.