Jika sekarang pendingin ruangan menggunakan air conditioner (AC), tapi memakai es batu yang dihembuskan kipas. Lalu lelehan es batunya dialirkan ke wastafel untuk mencuci tangan dan keperluan lainnya.
"Jadi dulu pendinginnya itu pakai es batu dan dikasih kipas," kata Sentana darah dalem Sinuhun PB X ini.
Pada akhir masa PB X, gerbong kereta pesiar ini ada di Semarang, ditempatkan di Stasiun Tawang. Bahkan sudah mengalami perbaikan atau restorasi.
Gerbong tersebut di bawa ke Surakarta itu pada sekitar tahun 1990-an.
Baca Juga:Rayakan Ulang Tahun ke-74, Raja Keraton Solo Terharu dan Menangis Saat Tiup Lilin dan Potong Kue
Saat mau di bawa ke Surakarta ada prosesi upacara atau didoakan terlebih dahulu.
"Ada selamatan terlebih dahulu ketika mau membawa gerbong pesiar ke Surakarta," sambung dia.
Menurutnya, untuk membawa gerbong pesiar ini lebih mudah jika dibandingkan saat membawa pulang gerbong jenazah.
Kalau gerbong pesiar lebih mudah di bawa meski harus beberapa kali berhenti selama perjalanan Semarang-Surakarta.
Kalau gerbong jenazah itu berhenti tiba-tiba beberapa kali di sejumlah tempat. Untuk menjalankannya harus didoakan dulu dan dikasih minyak.
"Jadi gerbong pesiar lebih untuk di bawa waktu itu. Hanya berhenti berapa kali walaupun jaraknya Semarang-Surakarta," jelas dia.