SuaraSurakarta.id - Stasiun Jebres, merupakan salah satu stasiun bersejarah dan masuk bangunan cagar budaya (BCB) di Kota Solo.
Ada empat stasiun bersejarah yang menjadi icon Kota Solo. Selain Stasiun Jebres, ada Stasiun Solo Kota (Sangkrah), Stasiun Balapan, dan Stasiun Purwosari.
Stasiun Jebres dibangun sekitar tahun 1884 oleh Pemerintah Keraton Kasunanan Surakarta melalui perusahaan kereta api Hindia Belanda Staats Spoorwegen (SS). Ini dibangun setelah selesai pembangunan jalur kereta api Solo-Madiun-Surabaya.
"Ini dibangun sekitar tahun 1884. Dibangun pada masa pemerintahan Paku Buwono (PB) X," ujar Pemerhati Sejarah dan Budaya Kota Solo, Mufti Raharjo, Kamis (14/7/2022).
Baca Juga:Ulasan Film 'Miracle: Letters to the President,' Mimpi Besar Seorang Warga di Desa Kecilnya
Menurutnya, Stasiun Jebres sangat istimewa dan menarik jika dibandingkan dengan tiga stasiun lainnya di Kota Solo.
Di sana terdapat sebuah ruangan untuk transit Sinuhun dan keluarga, saat mau pergi atau datang.
"Namanya itu ruang kasunanan dan sekarang masih ada. Lokasinya itu sebelah kiri pintu masuk stasiun, ruangan tersebut cukup besar," ungkap dia.
Dari empat stasiun yang ada di Kota Solo, Stasiun Jebres ini khusus untuk royal family atau keluarga kerajaan serta bangsawan. Ini terlihat karena adanya ruang kasunanan untuk transit Sinuhun dan keluarga.
"Ini khusus royal family dan gubernur jenderal, residen atau bangsawan. Jadi kalau bepergian itu naiknya dari Stasiun Jebres," terangnya.
Baca Juga:Inilah Stasiun Kereta Api Aktif Tertinggi di Indonesia
Mufti menjelaskan, karena Stasiun Jebres itu dekat dengan Benteng Vastenburg yang merupakan pusatnya Belanda waktu itu. Tidak hanya itu tapi juga dekat dengan kawasan Loji Wetan (Sangkrah), di sana tidak hanya orang Belanda tapi juga orang-orang Eropa.
Selain itu juga dengan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
"Jadi Stasiun Jebres itu sangat istimewa sekali. Paling menarik juga," sambung dia.
Kalau dari Benteng Vastenburg menuju Stasiun Jebres jalur yang dilalui Pasar Gede lalu menyeberangi jembatan Kali Pepe. Selanjutnya ke utara melewati Warung Pelem menuju Pasar Ledoksari dan belok ke timur ke arah Stasiun Jebres.
Dulu di kawasan Stasiun Jebres, lanjut dia, terdapat sebuah pasar. Tapi bukan pasar umum sekarang ini melainkan pasar herbal.
"Dulu dekat stasiun ada pasar herbal atau jamu-jamuan," ucapnya.
Stasiun Jebres juga dipakai untuk pengangkutan komoditi yang di wilayah sekitar Solo dan seluruh lancar. Barang-barangnya itu seperti, beras, padi, kapas, kulit, merica, tembakau, kopi kerajinan kayu, minyak tanah, tepung, teh, atau kapas.
Nama Jebres, sendiri diambil dari orang Belanda bernama Van der Jeep Reic yang tinggal di daerah Jebres.
Dilansir dari situs Kemdikbud.go.id, karena lidah orang Jawa itu sulit mengucapkan bahasa Indonesia. Sehingga Van der Jeep Reic berubah jadi Jebres.
Saat ini kediaman Van der Jeep Reic berada disebelah barat RSUD Dr Moewardi Solo.
Stasiun Jebres ini berperan sebagai stasiun penghubung bagi penumpang yang berasal dari Batavia menuju Madiun atau penghubung.
Ada juga penumpang dari Batavia berhenti dan menginap di Solo sebelum melanjutkan perjalanan ke Surabaya.
Kontributor : Ari Welianto