Gerbong jenazah itu hanya sekali dipakai pada tahun 1939 saat Sinuhun PB X meninggal dunia.
"Hanya sekali dipakai oleh Sinuhun, tapi beliau sudah meninggal. Ketika masih sugeng (hidup), beliau tidak pernah memakai," sambungnya.
Memang gerbong itu dipesan khusus untuk Sinuhun PB X saat meninggal nanti. Karena pada zaman dahulu, keraton saat berada di Kartasura atau Surakarta, kalau ada raja yang meninggal dibawa menggunakan jalur darat menuju Imogiri dengan jalan kaki.
Dulu itu dari Surakarta menuju Imogiri ada beberapa pos yang dipakai untuk berhenti saat membawa jenazah. Kemudian ada sendang pasti buat salat atau mencuci, setelah selesai lalu melanjutkan lagi.
"Ada sekitar 3-4 pos, salah satu pos yang menjadi terkenal adalah lokasi Keraton Yogyakarta. Dulu itu di sana pos pemberhentian jenazah ketika jenazah dari Kartasura atau Surakarta menuju Imogiri," jelas dia.
Dengan kondisi seperti itu, kemudian Sinuhun PB X mempunyai inisiatif akhirnya memesan gerbong jenazah. Karena pertimbangannya itu kalau naik kereta kencana terlalu lama, apalagi PB X juga merintis jalur kereta api.
"Akhirnya beliau dari Balapan ke Tugu menggunakan kereta api. Lalu dari Tugu menuju Imogiri memakai kereta kuda," paparnya.
Menurutnya, setelah buat mengantar jenazah PB X, gerbong tersebut berada di Yogyakarta ditempatkan di Stasiun Tugu dalam waktu cukup lama.
Selama di sana gerbong jenazah itu sudah mengalami restorasi yang digarap pihak Taman Mini Indonesia Indah. Prosesnya itu ditutup dengan kain mori seperti hal pusaka-pusaka keraton, lalu didoakan.
Baca Juga:Foto 5 Anak PB XIII 'Menghilang', Baliho Keluarga Keraton Kasunanan Surakarta Disorot Sentono Dalem
Selanjutnya pihak Keraton Keraton Kasunanan Surakarta membawa gerbong tersebut ke Surakarta dan ditaruh di area terbuka.