SuaraSurakarta.id - Warga RT 02 RW 06 Dukuh Ngunut, Desa Bentakan, Kecamatan Baki, Sukoharjo merasa kaget setelah salah satu warganya berinisial ARB diamankan sama tim Densus 88.
Warga sekitar rumah terduga pelaku menilai jika yang bersangkutan dikenal baik. ARB juga sering berkumpul dan srawung dengan warga yang lain.
"Kaget saat ada penangkapan. Kemarin sore saya masih ketemu, masih di sini," ujar saudara ARB, Didit (40), saat ditemui, Selasa (14/2/2022).
Sebenarnya, lanjut dia, ARB berasal dari Dusun Kembangan Desa Mancasan, Kecamatan Baki. Ia pindah di Dukuh Ngunut sudah sekitar dua tahun ini setelah menikah.
"Dulu itu rumahnya masih di Kembangan, Desa Mancasan. Setelah menikah pindah di sini, tinggal di sini sudah tahunan ini," katanya.
Menurutnya, ARB sudah bekerja ikut orang tuanya membuat kursi atau mebel di Dusun Kembangan. Di rumahnya juga berjualan makanan ringan atau snack.
"Kerja masih ikut bapaknya di mebel. Kebetulan rumahnya bersebelahan," imbuh dia.
Didit mengatakan, jika ARB orangnya itu biasa-biasa saja. Sering kumpul dengan warga, sering ke masjid juga. Orang-orang yang datang ke rumahnya tidak ada yang mencurigakan.
"Saya tidak tahu penangkapannya kapan. Tahu-tahu ada petugas kepolisian di depan rumah," sambungnya.
Baca Juga:Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Sukoharjo, Ini Identitas dan Deretan Barang Buktinya
Hal senada juga disampaikan, Luri Sumiati (46) yang tidak menyangka jika warga berinisial ARB ditangkap Densus 88.
"Kaget juga ada warganya yang ditangkap," terang dia yang juga istri Ketua RT 02 RW 05 Dukuh Ngunut Desa Bentakan ini.
Luri mengakui, jika warganya itu orangnya baik dan tidak pernah neko-neko, tidak pernah macam-macam.
"Kesehariannya baik, tidak pernah neko-neko, tidak pernah apapun. Kalau diminta untuk iuran atau apa pasti mengasih," tutur dia.
Aktivitasnya itu kerja terus pulang sore, kemudian ibadah di masjid juga biasa. Setelah salat magrib atau isya itu langsung, dalam keseharian pun tidak ada orang yang datang ke rumahnya.
"Jadi kayak warga biasa, berangkat kerja jam 8 dan pulang jam 4 atau jam 4,30. Sama warga sering menyapa, kapan itu ada undangan di TPQ, kasih saran dan masukan yang bagus, baiknya itu kalau TPQ dibeginikan," paparnya.
"Setiap ada kegiatan keagamaan atau ramadhan dan ke jatah pun untuk takjil bersedia," ucap dia.
ARB, itu aslinya warga Dukuh Kembangan Desa Mancasan dan di sini tempat warisan dari neneknya. Kemudian oleh orang tuanya dibangunkan rumah dan dikasihkan ke yang bersangkutan.
"Jadi rumah di sini itu warisan dari ibunya. Pindah sini 2-3 tahunan, di rumah buka toko snack dan pelayanannya bagus," ujar Luri.
Beberapa hari lalu tidak pernah melihatnya dan tahu-tahu pagi tadi pukul 09.00 WIB ada penggeledahan.
Di rumahnya pun tidak pernah dipakai untuk kegiatan atau kedatangan orang luar. Karena selama pandemi ini jika ada kegiatan harus ijin dan itu juga tidak ada.
"Tahu-tahu saya dihubungi suruh ke tempat ini, ada polisi banyak banget, ada tentara dan Densus juga. Saya datang terus tanya, ada apa pak dan dijawab tidak apa-apa bu dan disuruh tenang," tandas dia.
Saat penggeledahan memang sudah minta ijin, tapi warga tidak tahu penggeledahan untuk apa.
"Saya tidak tahu penggeledahan untuk apa. Tadi Pak Sriyono (kadus Ngunut) cari suami saya tapi tidak ada, yang ikut itu Pak Sriyono," pungkasnya.
Kontributor : Ari Welianto