SuaraSurakarta.id - Masjid Agung Solo merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Islam. Dalam kompleks Masjid Agung Solo terdapat menara setinggi 33 meter.
Menurut Pengetan Yasan Dalem Para Nata jika pembangunan menara dilakukan pada masa Pemerintahan Raja Keraton Kasunanan Surakarta, Paku Buwono (PB) X sekitar tahun 1859.
Menara yang dibangun ini bergaya arsitektur ktub minar khas India. Diresmikan PB X tahun 1930 pada perayaan Tumbuk Yuswa PB X ke-64.
"Menara ini dibangun pada masa PB X. Karena memang untuk pembangunan infrastruktur yang komplet itu masa PB X, beliau bertahta sampai tahun 1929," ujar pengurus Masjid Agung Solo, Muh Alif kepada Suarasurakarta.id, Kamis (10/2/2022).
Dulu menara yang menjulang tinggi diantara bangunan lain di komplek Masjid Agung berfungsi sebagai tempat mengumandangkan adzan untuk memberi tanda waktu shalat.
Menurutnya, saat tiba waktu shalat ada empat petugas yang naik ke menara untuk mengumandangkan adzan saat tiba waktu shalat.
Dulu mungkin suaranya sampai ke wilayah Sukoharjo serta Karanganyar. Karena kondisi dulu belum ada bangunan bertingkat dan masih sepi.
"Mereka itu adzan dari sisi utara, selatan, barat, dan timur. Jadi suaranya itu terdengar dari berbagai arah, kalau yang di salah satu arah nanti yang dengar di arah tersebut," jelasnya.
Pada menara tersebut terdapat tangga besi melingkar bertiang tunggal yang berdiameter 17 sentimeter.
Baca Juga:Gibran Diduga Langgar UU, Pakar Sebut Harus Dinonaktifkan Jadi Wali Kota Selama 3 Bulan
Tangga tersebut berfungsi sebagai sirkulasi menuju bagian atas menara. Jumlah anak tangga dari besi itu berjumlah 138 buah dengan panjang anak tangga 76 sentimeter.
Untuk lebar anak tangga 39 sentimeter dengan ketebalan 11 sentimeter. Jarak anak tangga sendiri 17 sentimeter.
Pada perkembangannya ketinggian menara tersebut berfungsi sebagai tempat meletakkan perangkat komunikasi berupa pengeras suara.
Di mana diharapkan mampu memperdengarkan suara adzan hingga jarak jangkauan yang lebih jauh.
"Tidak tahu sejak kapan mulai tidak difungsikan sebagai tempat mengumandangkan adzan. Sejak saya kecil sudah pakai listrik," sambungnya.
Rencananya ke depan, menara Masjid Agung ini akan dimanfaatkan lagi. Tidak untuk tempat mengumandangkan adzan tapi sebagai wisata religi.
"Sekarang menara ini jadi pelengkap Masjid Agung. Menara menjadi salah satu yang akan dibenahi dan buat wisata religi," ucap dia.
Alif menambahkan, hanya saja untuk naik menara akan dibatasi. Kalau observasi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) masih kuat.
"Kalau difungsikan buat wisata ada batasan yang naik ke menara, mungkin 5 atau 10 orang," terangnya.
Seperti ketahui, jik Masjid Agung Solo dibangun di masa pemerintahan Raja Keraton Kasunanan Surakarta Paku Buwono (PB) II.
Proses pembangunan Masjid Agung dilakukan secara bertahap hingga beberapa tahun kedepan. Sebagian bahan bangunan yang dipakai merupakan bekas Masjid Agung Kartasura yang dibawa oleh PB II.
Kontributor : Ari Welianto