SuaraSurakarta.id - Aksi teror bom bunuh diri pernah terjadi di halaman Mapolresta Solo, 5 Juli 2016 silam.
Saat itu, pelaku bernama Nur Rohman menerobos petugas penjagaan dan meledakkan diri di halaman Mapolresta. Satu anggota polisi jadi korban luka yakni Ipda Bambang Adi Cahyanto,
Meski sudah lima tahun berlalu, Ipda Bambang tak bisa melupakan peristiwa tersebut. Dilansir dari Youtube Ganjar Pranowo Vlog and Podcast berjudul Permintaan Maaf Eks Teroris kepada Polisi Korban Aksinya, Bambang buka-bukaan cerita dengan sang Gubernur Jateng tersebut.
Selain Ipda Bambang, Ganjar juga menghadirkan Munir Kartono, mantan nara pidana teroris sekaligus pengelola dana teror bom bunuh diri di halaman Mapolresta Solo.
Baca Juga:Korban Bom Bunuh Diri Gereja Katolik Katedral Makassar Minta Pertolongan Presiden Jokowi
Diwartakan Solopos.com--jaringan Suara.com, singkat cerita, dalam video itu Ipda Bambang bercerita menghampiri Nur Rohman yang menerobos masuk ke Mapolresta Solo.
Saat itu, dirinya sudah menaruh curiga terhadap gerak-gerik Nur Rohman. Tetapi, dia tidak menyangka Nur Rohman membawa bahan peledak di tasnya. Tas yang dimaksud itu diletakkan di pijakan kaki motor matik pelaku.
Di tengah kepulan asap, lanjut Ipda Bambang, dia mencoba bangun dan mencari Nur Rohman. Saat itu, Ipda Bambang melihat Nur Rohman sekarat.
“Kondisi (tubuh) terbelah, tapi masih hidup, sakaratul maut. Saya datangi dia, maksud kami ingin melumpuhkan seandainya dia masih punya (bom atau senjata lain). Saya siaga hanya berjaga-jaga (memperagakan menodongkan senjata),” ungkapnya.
Ganjar menegaskan kembali apakah Ipda Bambang menembak Nur Rohman yang sudah sekarat. Ipda Bambang menggeleng dan menjawab tidak. Ganjar penasaran mengapa Ipda Bambang tidak menembak Nur Rohman.
Baca Juga:Kronologi Bom Bunuh Diri Meledak di Dekat Istana Presiden Somalia
“Hati kecil mengatakan, Bapak. Ini orang sudah sakaratul maut. Kalau saya tembak, saya hanya menambah dosa saya. Sampai dia menghembuskan napas terakhir," ujar dia.