Hampir seluruh siklus hidup labi-labi berada di air tawar, kecuali pada saat akan bertelur, labi-labi akan naik ke darat. Labi-labi bisa hidup pada iklim yang berbeda, dari musim panas, dingin, semi, hingga musim gugur.
Bulus termasuk hewan berdarah dingin (Poikilotherm), yang artinya suhu tubuhnya tidak tetap, namun berubah-ubah mengikuti suhu lingkungan di sekitarnya. Perubahan lingkungan dapat mempengaruhi aktivitas hewan ini. Pada suhu yang tinggi, labi-labi bersifat lebih aktif dan sebaliknya, pada suhu rendah bersifat kurang aktif.
Bulus lebih senang hidup di perairan yang tergenang dengan dasar perairan berpasir dan sedikit berlumpur. Kebiasaan hidupnya tinggal di dasar perairan, kadang-kadang menampakan diri di atas batu-batuan atau bagian yang tidak terendam air untuk berjemur.
Bulus pada umumnya memiliki warna abu-abu kehitaman seperti lumpur. Kadang-kadang terdapat satu atau dua pasang bentuk bundar warna hitam di kiri dan kanan punggungnya. Bagian plastron atau sisi bawah labi-labi pada umumnya berwarna putih pucat sampai kemerahan.
Baca Juga:Ngenes! Siswa di Klaten Tak Punya Smartphone, Terpaksa Harus Belajar di Sekolah
Hewan ini tidak bergigi, tetapi rahangnya sangat kuat dan tajam. Kulit tertutup oleh perisai yang berasal dari lapisan epidermis berupa zat tanduk.
Masyarakat Indonesia umumnya memburu bulus untuk dimakan dagingnya. Namun ada juga beberapa masyarakat yang percaya bahwa bulus merupakan hewan keramat yang hidup di lokasi tertentu.