Ekspresi Wajah
Biasanya seseorang yang berbohong akan menatap pada beberapa waktu. Namun, ia juga suka membuang muka pada beberapa waktu. Penelitian yang dilakukan oleh Geiselman di UCLA menemukan, orang terkadang membuang muka sebentar saat berbohong.
Selain itu, studi tahun 2015 yang dilakukan oleh University of Michigan juga menemukan, mereka yang berbohong lebih mungkin untuk menatap daripada mereka yang jujur.
Namun, masih ada perdebatan mengenai penelitian ini, karena dalam beberapa orang cenderung untuk tidak menatap saat dirinya berbohong.
Tidak hanya menatap, seseorang yang berbohong lebih sering menggulung bibirnya. Penelitian yang dilakukan di UCLA menemukan bahwa orang yang berbohong lebih cenderung mengerutkan bibir saat ditanya pertanyaan sensitif.
Baca Juga:Viral Dakwah Quraish Shibab, Ini Hukuman yang Ikuti Pemimpin Pembohong
Mengerucutkan bibir juga bisa berarti seseorang tidak ingin terlibat dalam percakapan yang sedang berlangsung.
Seseorang yang berbohong juga biasanya berubah menjadi lebih pucat, berkeringat, dan bibir yang kering. Hal ini karena darah mengalir keluar dari wajah sehingga membuat orang tersebut menjadi pucat.
Sistem saraf otonom juga dapat memicu seseorang berkeringat saat berbohong. Ia juga akan mengalami kekeringan di mulut sehingga membuatnya menjilat atau menggigit bibir mereka. Biasanya orang yang berbohong juga sering berkedip atau menyipitkan mata secara berlebih.
Nada Suara
Seseorang yang berbohong biasanya akan bernada tinggi saat berbicara. Hal ini karena gugup pada dirinya sehingga otot pita suara menegang. Nada tinggi ini biasanya datang tiba-tiba. Ia juga sering berdeham untuk mengatasi ototnya yang menegang.
Isi Pembicaraan
Orang yang berbohong lebih sering menekannya jika dirinya berkata jujur. Biasanya ia sering mengatakan "Saya mengatakan yang sebenarnya" atau "Jujur, saya tidak melakukannya". Selain itu orang yang berbohong lebih sering mengucap seperti "um" atau "uh".
Baca Juga:Konyol! 3 Orang Ini Ngaku Kena Covid Kelabuhi Istri, Satpol PP dan Polisi
Penelitian yang dilakukan di University of Michigan menemukan, "berbicara dengan lebih banyak vokal" menjadi indikator umum penipuan.