Wonder Women, Kisah Surani Sebagai Montir Bengkel Mobil di Sragen

Semangatnya untuk membantu pekerjaan sang suami memudahkan dirinya mempelajari seluk beluk ilmu perbengkelan.

Ronald Seger Prabowo
Rabu, 23 Desember 2020 | 14:32 WIB
Wonder Women, Kisah Surani Sebagai Montir Bengkel Mobil di Sragen
Surani membantu suami bekerja sebagai teknisi bengkel di rumahnya di Dukuh Bontit, Desa Srimulyo, Gondang, Sragen, Selasa (22/12/2020). (Solopos.com/Moh Khodiq Duhri)

SuaraSurakarta.id - Pekerja bengkel atau montir adalah profesi yang biasanya didominasi oleh kaum laki-laki.

Namun, bukan berarti perempuan tak bisa bekerja di bidang ini. Hal tersebut dibuktikan juga oleh montir perempuan asal Sragen, Surani.

Meski pekerjaan sebagai montir banyak dilakukan para pria, tapi Surani terbiasa bermain berbagai peralatan bengkel termasuk dengan oli dan mesin kendaraan.

Dilansir dari Solopos.com jaringan informasi Suara.com, reputasi perempuan berusia 53 tahun itu di dunia teknisi bengkel ternyata tidak bisa dipandang sebelah mata. Keahlian Surani dalam memperbaiki kerusakan mobil bisa diandalkan.

Baginya, usia hanya sebatas deretan angka. Nyatanya, ibu yang telah melahirkan tiga anak itu masih giat bekerja di bengkel mobil miliknya di jalan Sragen-Sambirejo, tepatnya di Dukuh Bontit, RT 26/RW 4, Desa Srimulyo, Gondang, Sragen.

"Awalnya hanya bantu-bantu bapak. Belajar sedikit demi sedikit. Lama-lama bisa sendiri," ujar Surani kala berbincang dengan Solopos.com di bengkel miliknya pada momen Hari Ibu, Selasa (22/12/2020).

Baca Juga:Sedih, Pembuat Sepeda Treadmill Asal Samarang Pernah Tinggal di Gerobak

Surani menekuni dunia bengkel mobil sejak 1987, tepatnya setelah dua tahun ia dipersunting suaminya, Suranto, 58. Pada awalnya, Surani hanya berniat membantu meringankan pekerjaan suaminya yang bekerja sebagai teknisi bengkel.

Dia memang tidak pernah mengenyam pendidikan di jurusan teknik mesin. Namun, semangatnya untuk membantu pekerjaan sang suami memudahkan dirinya mempelajari seluk beluk ilmu perbengkelan.

Pada awalnya, Suranto dan Surani dibantu oleh adiknya. Setelah adiknya menikah, ia dipersilakan membuka bengkel sendiri. Hingga kini, bengkel itu hanya ditunggui oleh Surani dan suaminya. Ibu-ibu di Sragen itu mengakui pekerjaannya sebagai teknisi bengkel membutuhkan tenaga yang kuat.

Meski usianya tak lagi muda, ebagai seorang ibu ia merasa masih segar bugar untuk terus bekerja sebagai teknisi bengkel.

"Tenaganya ya harus kuat. Kalau gak kuat mana bisa memperbaiki mobil,” selorohnya.

Baca Juga:Kasihan Mbah Waginem, Dompet Plus Dagangan Dibawa Perempuan Misterius

Perbaikan Gardan

Umumnya, kerusakan mobil yang ditangani Surani selaku teknisi bengkel seputar perbaikan gardan, perbaikan shockbreaker, kaki-kaki, dan lain sebagainya.

Rata-rata pelanggan bengkel yang dikelola Surani bersama suaminya adalah para sopir truk.

"Sejak saya punya kendaraan, saya tidak pernah ke bengkel lain. Apa pun keluhannya saya selalu ke bengkel ini. Istimewanya bengkel ini, pengerjaannya cepat, bahkan mau lembur. Terakhir, mobil saya diperbaiki sampai pukul 20.00 WIB malam," ujar Dwi Purnomo, salah seorang pelanggan bengkel.

Sudah bertahun-tahun, Dwi Purnomo menjadi pelanggan tetap bengkel milik Surani. Selama ini, dia sama sekali tidak meragukan kemampuan Surani dalam memperbaiki setiap keluhan dari truk miliknya.

Justru ia merasa terkesima dengan Surani yang mau terjun sebagai teknisi bengkel, pekerjaan yang umumnya digeluti oleh laki-laki.

Dwi Purnomo merasa puas dengan hasil pekerjaan Surani. Untuk itu, ia tidak pernah berpikir untuk pindah ke bengkel lain.

"Banyak pria tidak paham terkait seluk beluk ilmu perbengkelan. Tapi, dengan belajar dengan suami, Bu Surani bisa mempraktikkan langsung ilmu perbengkelan itu. Ibu Surani adalah wanita perkasa karena mampu mengerjakan pekerjaan yang kebanyakan ditangani laki-laki," papar Dwi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini