Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Kamis, 10 April 2025 | 17:19 WIB
Produksi rotan di perajin Desa Wisata Rotan Trangsan Sukoharjo yang dikirim ke luar negeri termasuk AS. (Suara.com/Ari Welianto) 

Karena 50 persen perajin di Desa Wisata Rota Trangsan itu ekspornya pasti ke AS. 

"Kalau sekarang mungkin belum terasa karena belum ada pengiriman. Cuma kekhawatiran nanti benar-benar terjadi itu akan terasa," imbuhnya.

Indri mengatakan adanya kebijakan itu mungkin dampaknya ke perajin, apalagi sekarang bahan baku tidak murah. Ditambah dengan kebijakan tarif impor ke AS.

"Adanya kebijakan itu maka harganya kita bisa nggak sih bersaing di sana. Sementara harga yang kita patok itu marginnya kecil banget, sudah untungnya sedikit kadang tempo pembayaran terlalu lama juga berpengaruh," papat dia.

Baca Juga: PT KAI Buka Suara Usai Kecelakaan Maut KA Batara Kresna vs Mobil

"Pasti ada kekhawatiran. Kalau kita naikan harganya, bisa diterima nggak sih di sana," tuturnya.

Indri menyebut saat ini lagi banyak mencari pasar yang lebih mudah, di Eropa itu masih ada, Australia, Jepang juga masih banyak. Termasuk juga cari di pasar lokal.

"Jadi kita masih mencari sela-selanya. Untuk bertahan agar tetap produksi itu ke pasar lokal sih," jelas dia.

Kebanyakan produk yang dikirim ke AS itu furniture, seperti meja atau kursi. Terus ada juga perlengkapan hotel, seperti head board, terus dekor untuk hotelnya.

"Sebelumnya soal itu ramai sudah ada isu terlebih dahulu, kita juga sempat kaget tenang nggak kalau ini diterapkan gimana. Terus ternyata selang satu minggu beritanya ramai, apalagi dengan Pak Prabowo mau buka kran impor. Ini kalau produk China atau yang lain masuk ke Indonesia, gimana ini," tuturnya.

Baca Juga: Termasuk 7 Tewas, Ini Daftar Kecelakaan KA Batara Kresna Sepanjang 2025

Indri menambahkan di Desa Wisata Rotan Trangsan ini tiap bulannya ada sekitar 170 kontainer mengirim ke luar negeri. Jumlah itu sebanyak 80-90 kontainer ke AS. 

Load More