SuaraSurakarta.id - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ikut merespon adanya tindak kekerasan terhadap anak yang terjadi di Pondok Pesantren atau Ponpes Az Zayadiyy Sukoharjo.
Seperti diketahui, santri bernama Abdul Karim Putra Wibowo (13) menjadi korban tindak kekerasan yang dilakukan oleh kakak tingkatnya, MG (15). Adanya kejadian itu membuat korban meninggal, Senin (16/9/2024) kemarin.
KPAI menyesalkan berulangnya tindak kekerasan terhadap anak di lingkungan pondok pesantren yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.
Komisioner KPAI Klaster Pendidikan, Waktu Luang, dan Budaya, Aris Adi Leksono mengatakan bahwa tingginya angka kekerasan yang terjadi di pesantren merupakan masalah serius, apalagi sampai berdampak kematian.
Pesantren harusnya menjadi rumah yang aman, nyaman, dan menyenangkan buat anak, ironisnya justru praktik kekerasan banyak terjadi.
"KPAI menegaskan bahwa kekerasan terhadap AKP, 13 tahun yang berujung kematian merupakan pelanggaran terhadap UU RI No. 35 Tahun 2014 perubahan UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, maka proses hukum harus berjalan sesuai Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak," terangnya, Kamis (19/9/2024).
"Kami menyesalkan berulangnya tindak kekerasan terhadap anak di lingkungan pondok pesantren yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa," lanjutnya.
Aris mengatakan penanganan kasus ini harus cepat ditangani, sebagai bentuk menerapkan upaya perlindungan khusus bagi anak sebagaimana Undang-Undang Perlindungan Anak Pasal 59A.
KPAI mendesak agar Polres Sukoharjo mengusut tuntas kasus kekerasan yang berakibat kematian yang terjadi di pesantren di Sukoharjo.
Baca Juga: Polisi Periksa 12 Saksi Kasus Tewasnya Santri di Sukoharjo
"Kami minta polres bisa mengusut tuntas kasus ini. Ini juga untuk memastikan keadilan bagi korban dan keluarganya," kata dia.
Menurutnya Kementerian Agama bersama dinas terkait harus memberikan pendampingan dan pemulihan dalam bentuk trauma healing pada santri pesantren, terutama pada anak yang melihat, menyaksikan dan berinteraksi langsung dengan korban.
Tidak hanya itu pendampingan secara intensif dan konsisten juga harus dilakukan. Ini dilakukan untuk mencapai
standard pesantren ramah anak, mereka juga harus memastikan terpenuhinya hak keluarga korban seperti, pendampingan psikologi, pendampingan hukum, hingga pemulihan.
"Harus ada langkah akselerasi dan inovatif untuk mencegah kekerasan pada lembaga pendidikan pesantren. Salah satunya dengan membetuk Satgas/Tim Khusus yang memiliki keterampilan dalam perlindungan anak," ungkapnya.
Lanjut dia, KPAI sudah menerima laporan kasus tersebut dan melakukan koordinasi dengan pihak keluarga korban, dan kementrian agama. Ini untuk mendapatkan informasi kronologis kejadian, upaya penanganan, dan langkah lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan keadilan bagi korban, dan pertanggung jawaban terduga pelaku, serta kemungkinan pihak lain yang terlibat.
"Hasil koordinasi didapati data dan informasi terkait kronologis, kejadian terjadi pada 16 September 2024, kurang lebih pukul 11.00 WIB, di kamar 23 gedung asrama putra. Kejadian bermula terduga pelaku meminta uang dengan paksa kepada korban, tapi karena korban tidak memberi dan menyampaikan tidak punya uang, hingga akhirnya terjadi pukulan kepada bagian perut, dada, dan ulu hati korban. Lalu korban tidak sadarkan diri, karena tidak tertangani dengan cepat akhirnya koban meninggal dunia," papar dia.
Aris menambahkan mendorong semua pihak terkait di Kabupaten Sukoharjo untuk menjadikan kasus ini sebagai pelajaran serius.
Tidak mentolerir sedikitpun budaya kekerasan di kalangan anak, termasuk di lingkungan pondok pesantren dan lembaga pendidikan lainnya, baik yang formal, informal maupun non-formal.
"Kasus ini harus menjadi pelajaran serius. Jangan sampai kasus seperti ini terulang lagi," pungkasnya.
Kontributor : Ari Welianto
Berita Terkait
Terpopuler
- Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Jawa Rp 347,63 Miliar Diincar AC Milan
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Makna Kebaya Hitam dan Batik Slobog yang Dipakai Cucu Bung Hatta, Sindir Penguasa di Istana Negara?
Pilihan
-
Punya Delapan Komisaris, PT KAI Jadi Sorotan Danantara
-
5 Rekomendasi HP Tahan Air Murah Mulai Rp2 Jutaan Terbaik 2025
-
Bak Langit dan Bumi! Gaji Anggota DPR RI vs Eks Bek Milan di Parlemen Georgia
-
Saham Jeblok, Bos Danantara Ungkap Soal Isu Ambil Alih BCA Secara Gratis
-
Bukan Dean Zandbergen, Penyerang Keturunan Ini akan Dampingi Miliano Jonathans di Timnas Indonesia?
Terkini
-
Terima 1.450 Mahasiswa Asing dari 50 Negara, UIN Raden Mas Said Surakarta Pecahkan Rekor MURI
-
Syahdunya HUT ke-80 RI di Kaki Gunung Merbabu: Drama Kolosal, Cosplay Pahlawan hingga Tari Saman
-
Asyik Mancing di Embung Musuk Boyolali, Bocah 12 Tahun Malah Tewas Tenggelam
-
Pilihan Baru Hyundai Stargazer: Varian Cartenz & Cartenz X Meluncur di Solo Raya
-
34 Suporter Ditangkap di Laga Persis Solo vs Persija, Ini Penyebabnya