SuaraSurakarta.id - Kematian mendadak saat olahraga menjadi perhatian banyak pihak pada akhir-akhir ini. Tentu, hal itu dipengaruhi oleh masalah pada jantung.
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Universitas Indonesia dr. Utojo Lubiantoro, SpJP (K) mengatakan kematian mendadak pada atlet muda bisa dicegah dengan rutin melakukan skrining terutama pada masalah kelainan jantung.
“Karena kematian mendadak sebagian besar, sekitar 70 persen karena kelainan dari jantung meskipun tidak selalu, maka screening kesehatan jantung pada setiap atlet menjadi penting rutin dilakukan untuk menghindari kematian mendadak,” kata Utojo dikutip dari ANTARA pada Kamis (4/7/2024).
Deteksi kelainan jantung dapat diketahui secara dini melalui pemeriksaan ekokardiografi atau USG jantung dan EKG rekam jantung. Pada atlet muda, kejadian mati mendadak di lapangan sebagian besar disebabkan karena kelainan jantung bawaan atau genetik berupa Kardiomiopati Hipertrofi atau kondisi otot jantung yang menebal.
Pada seseorang yang memiliki kelainan ini disarankan tidak melakukan olahraga berat karena dapat menyebabkan gangguan irama jantung (aritmia) yang fatal, biasanya berupa Fibrilasi atau Takikardia Ventrikel. Pertolongan yang bisa dilakukan jika terjadi insiden ini adalah dengan alat kejut jantung atau defibrilator.
“Kalau terjadi fibrilasi atau takikardia ventrikel pengobatan cuma satu yaitu kejut listrik atau defibrilator, itu berlaku dalam lima sampai 10 menit awal,” katanya.
Utojo mengatakan pada seseorang yang mengalami kelainan jantung genetik pada level yang ringan tidak perlu diobati, namun jika pada level yang sedang hingga berat memiliki potensi komplikasi tidak hanya mati mendadak tapi juga jantung membesar atau gagal jantung.
Deteksi dini dengan tes treadmill akan menentukan pasien tersebut memiliki risiko mati mendadak karena ada gangguan fungsi jantung sehingga tidak diperkenankan menjadi atlet, olahraga terlalu berat dan harus ada perubahan gaya hidup.
“Olahraga boleh tapi nggak boleh yang berat, ada perubahan gaya hidup. Kalau kategorinya sudah berat kita sarankan jangan jadi atlet,” kata Utojo.
Baca Juga: Agar Penanganannya Tepat, Ini Gejala Serangan Jantung
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
Terkini
-
7 Tempat Wisata di Sragen yang Cocok Dikunjungi Saat Libur Akhir Tahun 2025
-
Teguh Prakosa Benarkan FX Rudi Mundur dari Plt Ketua DPD PDIP Jateng
-
Drama Politik Jateng: Beredar Surat Pengunduran Diri FX Hadi Rudyatmo dari Plt Ketua DPD PDIP!
-
Perkuat Komitmen Kesejahteraan Mitra Driver, GoTo Luncurkan Platform Bursa Kerja Mitra Gojek
-
Drama Keraton Solo! Tak ada Undangan untuk PB XIV Purboyo, GKR Timoer: Benar-benar Tidak Diundang