SuaraSurakarta.id - Profesi pandai besi mulai tergerus atau terancam punah seiring dengan perkembangan zaman.
Saat ini yang berprofesi sebagai pandai besi masih dilakukan oleh orang-orang tua. Tidak adanya generasi penerus menjadi salah satu penyebab terancam punah.
Padahal mereka sudah menekuni sebagai pandai besi cukup lama atau puluhan tahun. Bahkan sudah jadi turun temurun sejak dulu, tapi sekarang penerusnya tidak ada.
"Sekarang hampir punah. Tidak ada yang mau meneruskan," ujar salah satu pandai besi di Pasar Gawok, Sukoharjo, Wiradi (65), Kamis (20/6/2024).
Baca Juga: Duel Maut Sesama Pengamen di Klaten Terungkap, Polisi Tangkap Dua Pelaku
Wiradi mengaku anaknya tidak mau meneruskan atau menjadi pandai besi. Karena alasannya itu jadi pandai besi pendapatannya tidak mesti dan kerjanya berat.
"Kerja jadi pandai besi kan berat dan penghasilannya tidak mesti. Jadi pada tidak mau dan pilih kerja yang lain," kata warga Koripan, Delanggu, Klaten.
Menjadi pandai besi, lanjut dia, sudah dilakukan sejak lebih 30 tahun. Ini dilakukan sudah turun temurun sejak kakek buyutnya.
"Saya sudah diatas 35 tahun jadi pandai besi. Ini turun temurun sejak mbah buyut saya, tapi sekarang mau punah karena tidak ada yang mau meneruskannya," ungkap dia.
Wiradi mengatakan daerah Koripan dikenal dengan pandai besinya. Karena sebagian besar warganya sebagai pengrajin alat-alat seperti pisau atau alat pertanian.
Baca Juga: Tragis! Duel Maut Antar Pengamen di Klaten Berujung 2 Korban Jiwa
"Dulu di Koripan tiap warga sebagai pengrajin dan buka di rumah, tapi sekarang mulai berkurang dan pilih dari pasar ke pasar. Jadi hampir punah sekarang keluar di pasar," ungkap dia.
Senada juga disampaikan pandai besi lainnya, Muh Yani (54) mengatakan memang di Koripan dulu para pandai besi buka di rumah tapi sekarang banyak yang tutup dan pilih buka di pasar.
"Sekarang pada buka di pasar-pasar. Dulu di rumah juga buka tapi sejak virus corona kemarin pada tutup," terangnya.
Ditambahkan karena bakul yang disetori itu cari yang lain atau sudah tidak jualan lagi. "Kebanyakan itu turun temurun dari simbah, bapak, terus anak," tandas dia.
Seperti diketahui kebanyakan warga Koripan, Delanggu, Klaten buka di Pasar Gawok Sukoharjo. Hanya saja di Pasar Gawok bukanya pon, legi dan minggu.
Di luar itu mereka berpindah-pindah dari pasar ke pasar, seperti di pasar bekonang, pasar di Solo, pasar di Klaten atau Wonogiri juga.
- 1
- 2
Berita Terkait
Terpopuler
- Eks Pimpinan KPK: Ustaz Khalid Basalamah Bukan Saksi Ahli, Tapi Terlibat Fakta Kuota Haji
- Jahatnya Sepak Bola Indonesia, Dua Pemain Bidikan Persija Ditikung di Menit Akhir
- 5 Rekomendasi Bedak Tahan Air dan Keringat Murah: Anti Luntur Sepanjang Hari
- Klub Impian Masa Kecil Jadi Faktor Jay Idzes Terima Pinangan Aston Villa
- 6 Mobil Bekas 7 Seater Termurah: Nyaman untuk Keluarga, Harga di Bawah Rp 70 Juta
Pilihan
-
Olahraga Padel Kena Pajak 10 Persen, Kantor Sri Mulyani Buka Suara
-
Sering Kesetrum Jadi Kemungkinan Alasan Ade Armando Dapat Jatah Komisaris PLN Nusantara Power
-
Sosok Chasandra Thenu, Selebgram Ambon Akui Dirinya Pemeran Video Viral 1,6 Menit
-
Harga Emas Antam Kembali Longsor, Kini Dibanderol Rp 1.907.000/Gram
-
Azizah Salsha, Istri Pratama Arhan Dihujat Habis-habisan Promosi Piala Presiden 2025
Terkini
-
Darul Amanah FC Bertanding di Youth Tournament, Kiai Fatwa: Ini Syiar Pesantren di Sepak Bola
-
Blak-blakan! Bos PT Sritex Ungkap Alasan Ogah Simpan Uang Miliaran di Bank
-
UNS Usulkan Mahasiswi yang Bunuh Diri dari Jembatan Jurug Tetap Diwisuda, Begini Prosesnya
-
Kaget Uang Rp 2 Miliar Ikut Disita Kejagung, Petinggi PT Sritex: Itu Tabungan Pendidikan Anak
-
Dugaan Korupsi Bos PT Sritex, Kejagung Geledah Gedung Mewah di Solo, Apa Hasilnya?