Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Jum'at, 08 Maret 2024 | 21:21 WIB
Umbul Kemanten Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Kawasan Umbul Kemanten merupakan salah satu tempat di wisata air di Kabupaten Klaten yang banyak dikunjungi wisatawan.

Umbul Kemanten yang berada di Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo ini memiliki legenda atau cerita yang masih diceritakan secara turun temurun hingga sekarang.

Dari cerita yang berkembang, Umbul Kemanten ini bercerita tentang sepasang pengantin baru yang melanggar nasehat orang tua agar tidak keluar rumah setelah magrib selama 40 hari.

"Bahwa umbul kemanten sendiri sudah banyak orang dengar cerita. Bahkan hingga sekarang cerita tentang umbul kemanten masih sering diceritakan," ujar 
Kepala Desa (Kades) Sidowayah, Mujahid Jaryanto, Jumat (8/3/2024).

Baca Juga: Siap-siap! Solo Bakal Punya Destinasi Baru, Museum Sains dan Teknologi Super Canggih

Konon ceritanya, dulu ada sepasang kekasih yang kemudian melangsungkan pernikahan. Sepasang pengantin baru tersebut dinasehati oleh orang tua agar tidak keluar rumah dulu selama 40 hari. 

Tapi pengantin itu nekat dan suatu petang mereka keluar dan berhenti di sebuah mata air yang teduh di bawah pepohonan.

"Jadi pengantin baru itu dalam 40 hari tidak boleh keluar rumah tapi mereka malah nekat. Saat berada di sebuah mata air yang teduh di bawah pepohonan, ketika dipanggil-panggil yang lelaki tidak ada dan yang perempuan juga tidak ada," paparnya.

Kemudian mata air atau umbul tersebut dinamai Umbul Kemanten hingg sekarang. Sebenarnya nama kemanten itu kurang begitu pas, karena orang-orang tua dulu mengatakan itu Umbul Manten. 

"Jadi kita itu lihat manten bukan kemanten. Jadi sebenarnya itu umbul manten, karena orang tua dulu menyebutnya umbul manten," kata dia.

Baca Juga: Satu Lagi Petugas KPPS di Klaten Meninggal Dunia Usai Bertugas

Jadi dalam cerita itu, lanjut dia, sang suami dan istri saling kehilangan saat mencari satu sama lain disekitar mata air tersebut.

"Hingga saat ini tak seorang pun yang tahu di mana sepasang pengantin tersebut. Jadi dari cerita itulah mata air dinamakan umbul manten, yang berati mata air pengantin," sambungnya.

Mujahid menyebut bahwa di umbul kemanten ini ada legenda 'Sumpil Buntung'. 

Dulu umbul kemanten itu dijadikan sebagai tempat berwisata keluarga Keraton Kasunanan Surakarta.

"Betul, dulu dijadikan tempat berwisata bagi keluarga keraton. Di radius 200 meter dari umbul kemanten ke arah timur itu sumpil (siput) buntung tapi kalau ke arah barat tidak," terang dia.

Diceritakan, dulu keluarga keraton datang berwisata ke umbul kemanten untuk mandi dan bersantai ria. Pada saat itu putri raja sedang berjalan di aliran sungai dekat umbul kemanten. 

Saat berjalan kakinya kena sumpil dan berdarah. Kejadian itu kemudian dilaporkan kepada raja.

"Raja lalu mencabutnya dengan jari tengah dan berkata 'sokben sak anak turunmu, koe ora lancip tapi buntung'. Jadi membuat sumpil disekitar umbul kemanten menjadi buntung termasuk yang baru lahir," tandasnya.

"Sumpil buntung berada di radius 200 meter sebelah timur, tapi yang sebelah barat tidak, anehnya itu," pungkas dia.

Kontributor : Ari Welianto

Load More