SuaraSurakarta.id - Wilayah Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Solo pada zaman dulu memiliki peranan yang sangat penting dalam perdagangan domestik.
Wilayah Semanggi sendiri berada di pinggiran Sungai Bengawan Solo yang menjadi jalur utama transportasi air yang sangat penting.
Banyak kapal-kapal besar dari berbagai daerah yang berlabuh di bandar atau pelabuhan besar di tepi Sungai Bengawan Solo.
Salah satu bandar berada di wilayah Semanggi tepatnya di bawah Jembatan Mojo. Selain di Semanggi, juga terdapat Bandar Nusupan yang masuk wilayah Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.
Pada dahulu Sungai Bengawan Solo bernama Bengawan Semanggi merupakan jalur transportasi air yang cukup sibuk. Karena dulu sebagai perlintasan kapan-kapan besar yang membawa berbagai macam komoditas seperti, garam, ikan atau lainnya dari berbagai daerah.
"Bandar Semanggi itu ada di sekitar bawah Jembatan Mojo. Ada juga Bandar Nusupan masuk wilayah Sukoharjo, lalu bandar daerah Beton (Pucangsawit) juga," terang Pemerhati Sejarah dan Budaya Kota Solo, Mufti Raharjo, Senin (29/1/2024).
Menurutnya bandar-bandar itu cukup besar karena memang dulu itu Sungai Bengawan Solo merupakan jalur utama. Karena dulu transportasinya sungai, banyak kapal-kapal besar itu berlabuh di Bandar Semanggi dan bandar lainnya.
"Dulu di sekitar Bandar Beton banyak gudang-gudang besar untuk menyimpan seperti kopi serta teh. Sungai Bengawan Solo itu jalur utama," ungkap dia.
Kapal-kapal yang bersandar di Bandar Semanggi tidak untuk kepentingan perekonomian saja. Tapi juga tempat bersandar kapal-kapal penting dari utusan-utusan berbagai kerajaan diberbagai daerah untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Keraton Kasunanan Surakarta.
Baca Juga: Sejarah Kampung Balong, Kawasan Pecinan Terbesar di Solo
Mufti menceritakan dulu namanya itu Bengawan Wulayu, nama Semanggi karena dulu di situ banyak pohon semanggi. Berganti nama menjadi Sungai Bengawan Solo pada masa penjajahan.
"Dulu namanya itu Bengawan Wulayu, itu dari Wonogiri hingga wilayah Jawa Timur. Jadi Bengawan Solo itu saat penjajahan," sambungnya.
Kesibukan jalur perdagangan di Bandar Semanggi itu sudah sejak sekitar abad 13 atau 14.
Pada 1809 Raja Keraton Kasunanan Surakarta, Paku Buwono (PB) IV menerima kapal raksasa dari Daendels sebagai tanda persaudaraan. Lalu PB IV memerintahkan putranya untuk membuat kapal dengan kayu jati dari Hutan Donoloyo.
Kapal itu diberi nama Rajamala dan dikawinkan dengan kapal pemberian Daendels di Kedhung Penganten Bengawan Solo.
"Kapalnya sekarang di Monumen Radya Pustaka dan Keraton Kasunanan. Itu masih asli dari masa PB IV," papar dia.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Drama Keraton Surakarta Memanas Lagi, Aksi Bongkar Gembok Pintu Keraton Coreng Kunjungan Pemerintah
-
Usai Temui Jokowi, Ratusan Relawan Semut Ireng Langsung Gabung ke PSI?
-
Kubu PB XIV Purboyo Ganti Semua Pintu Gembok di Keraton Solo, Pekerja Revitalisasi Diminta Keluar
-
Penjelasan Resmi Rosalia Indah Terkait Video Viral Pengemudi: Sanksi Tegas Telah Ditetapkan
-
Gagal Ganti Nama di KTP, Upaya Raja Keraton Solo PB XIV Terganjal Potensi Sengketa