Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 18 November 2023 | 16:14 WIB
Menteri BUMN RI Erick Thohir bersama dengan Mangkunegara X GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo dan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka saat membuka Pracima Tuin di Solo, Sabtu (21/1/2023). ANTARA/Aris Wasita

SuaraSurakarta.id - Belum banyak yang mengetahui bahwa taman bersejarah Pracima Tuin yang terletak di area Pura Mangkunegaran Solo telah dibuka untuk umum. Taman cantik ini dibangun pada masa kejayaan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VII.

Saat ini, taman tersebut direvitalisasi sebagai cagar budaya dan telah dibuka untuk masyarakat luas pada Januari 2023 lalu. Selain kental akan kebudayaan keraton, Pracima Tuin juga dapat memanjakan para pengunjung dengan desain interior klasik khas Eropa.

Tak sampai di situ, para pengunjung juga dapat menikmati berbagai hidangan khas bangsawan istana Pura Mangkunegaran di Pracima Tuin. Berikut ini adalah 5 fakta unik yang perlu diketahui sebelum berkunjung ke taman Pracima Tuin, Pura Mangkunegaran.

1.      Fakta Sejarah Pembangunan Pracima Tuin

Baca Juga: Tipe-X Gayengkan Warga Solo di Pura Mangkunegaran, Sukses Gelorakan Semangat Sumpah Pemuda

Sebenarnya, taman Pracima Tuin telah dibangun oleh KGPAA Mangkunegara VII. Desain yang cantik ala Eropa itu dirancang khusus oleh Mangkunegara VII yang pernah menempuh pendidikan di Belanda.

Ia terinspirasi dari taman kota yang berada di Belanda, sehingga ia membangun taman tersebut di halaman tempat tinggalnya. Dahulu, taman ini merupakan taman pribadi yang hanya boleh digunakan oleh kalangan keluarga dan abdi dalem Pura Mangkunegaran.

Namun, pada masa pemerintahan Mangkunegara X, taman tersebut dibuka untuk umum dan dilakukan pembangunan ulang tanpa mengingkari segi historisnya.

2.      Berada di Area Pura Mangkunegaran

Pracima Tuin dibangun di dalam area Pura Mangkunegaran yang dibangun oleh Mangkunegara I pada tahun 1757 silam. Pura Mangkunegaran sendiri merupakan bangunan yang berupa pendapa joglo yang paling besar, yakni seluas 3.500 m2.

Baca Juga: Pameran Burn Out 2023 di Pura Mangkunegaran, Motor Presiden Jokowi Jadi Magnet Pengunjung

Di dalamnya, Pura Mangkunegaran sendiri terbagi ke dalam beberapa bagian arsitektur utama, yakni Pamedan, Pendhapa Ageng, Pringgitan, Ndalem Ageng, dan Kaputren. Sementara itu, Pracima Tuin sendiri memiliki tiga bagian utama.

·       Pracimasana, bangunan utama yang terletak di tengah taman.

·       Pracimaloka, bangunan sisi barat.

·       Pracimawisik, bangunan di sisi timur pojok taman.

3.      Menggunakan Sumber Daya Listrik Terbarukan

Fakta menarik lainnya adalah pemanfaatan sumber daya listrik terbarukan yang digunakan di taman Pracima Tuin Pura Mangkunegaran. Bisa dibilang, taman Pracima Tuin merupakan tempat wisata pertama yang menggunakan Renewable Energy Certificate (REC) milik PT PLN (Persero).

Menurut keterangan Mangkunegara X, penggunaan energi terbarukan tersebut menjadi komitmen Pura Mangkunegaran dalam mendorong penggunaan energi bersih dan pengurangan emisi Karbon.

4.      Kuliner dan Budaya Khas Pura Mangkunegaran

Selain taman di dalam Pura Mangkunegaran, para pengunjung Pracima Tuin juga bisa menikmati berbagai hidangan dan kebudayaan Jawa yang masih sangat kental. Restoran di dalam Pracimasana ini menyediakan menu kuliner khas Surakarta yang dikemas dalam suasana fine dining.

5.      Wajib Reservasi dan Menjaga Tata Krama

Bagi para pengunjung yang ingin menikmati fine dining ala bangsawan Mangkunegaran di Pracimasana, diwajibkan untuk melakukan reservasi terlebih dahulu. Para pengunjung juga harus menyetujui untuk melakukan pembelanjaan minimum Rp100.000 per orang.

Hal itu dikarenakan Pracimasana hanya dapat menerima kunjungan 175 orang per hari. Tak hanya itu, para pengunjung Pracima Tuin juga diharuskan mengikuti tata krama dan penggunaan busana yang sopan.

Salah satu hal yang dilarang ketika memasuki Pracima Tuin adalah penggunaan pakaian batik dengan motif parang atau loreng. Pengunjung harus menggunakan pakaian berkerah dan tidak diperkenankan memakai sandal jepit.

Kontributor : Dinnatul Lailiyah

Load More