Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Kamis, 16 November 2023 | 19:14 WIB
Skuad Arseto Solo di musim terakhir mereka berkiprah di Liga Indonesia 1998. [Dok Facebook Arseto Solo]

SuaraSurakarta.id - Solo saat ini dikenal memiliki klub sepak bola bernama Persis Solo. Namun, jauh sebelum itu kota ini pernah memiliki klub sepak bola legendaris bernama Arseto Solo yang mana klub tersebut sempat menorehkan prestasi yakni bertanding di Champions Asia pada masa itu. 

Arseto Solo saat ini sudah tidak ada. Tetapi bagi pecinta sepak bola di Solo, klub tersebut mungkin masih dikenang mengingat semasa berkompetisi Arseto Solo mampu menorehkan banyak prestasi. 

Lantas bagaimana sejarah Arseto Solo? Buat yang penasaran berikut ini sedikit ulasan lengkapnya untuk Anda. 

Arseto Solo merupakan salah satu klub sepak bola legendaris dari Indonesia. Klub ini berdiri pada tahun 1978 di Jakarta, dan didirikan oleh Sigid Harjoyudanto, putra mantan Presiden Soeharto.

Baca Juga: Gol Mantan di Ujung Laga Buyarkan Kemenangan Persis Solo

Hanya saja karena  di Jakarta sudah banyak klub Galatama, seperti Jayakarta, Pelita Jaya, ataupun UMS 80, maka Arseto pun pindah ke Solo dan menjadi Arseto Solo dan berkandang di Stadion Manahan.

Kehadiran Arseto Solo disambut positif oleh warga Solo mengingat prestasinya yang mentereng di Galatama. 

Arseto Solo langsung menjadi salah satu kekuatan utama di sepak bola Indonesia pada era Galatama sejak tahun 1979 sampai 1994.

Klub ini berhasil meraih 3 gelar juara Galatama, yaitu pada tahun 1982, 1983, dan 1992. Arseto Solo juga berhasil menembus final Piala Indonesia pada tahun 1985 dan 1990. 

Tahun 1992 menjadi musim terbaik Arseto setelah mereka menjuarai Galatama dan mewakili Indonesia di Liga Champions Asia.

Baca Juga: Hasil Babak Pertama: Gol Fernando Rodrigues Bawa Persis Solo Unggul Sementara

Arseto Solo juga mencatatkan sejarah karena klub sepakbola ini berhasil melaju ke grup semifinal Liga Champions Asia. 

Prestasi Arseto Solo sendiri tidak bisa lepas dari pelatih dan pemain yang bergabung. Misalnya saja Novrizal Chay, Ricky Yacob, Rochy Putiray, I Komang Putra, Agung Setyabudi, hingga Tonggo Tambunan. 

Arseto Solo bubar pada tahun 1998 seiring krisis ekonomi yang terjadi saat itu dan berakhirnya kekuasaan Presiden Soeharto atau dikenal dengan nama Orde Baru. 

Kontributor : Dinar Oktarini

Load More