SuaraSurakarta.id - Solo saat ini dikenal memiliki klub sepak bola bernama Persis Solo. Namun, jauh sebelum itu kota ini pernah memiliki klub sepak bola legendaris bernama Arseto Solo yang mana klub tersebut sempat menorehkan prestasi yakni bertanding di Champions Asia pada masa itu.
Arseto Solo saat ini sudah tidak ada. Tetapi bagi pecinta sepak bola di Solo, klub tersebut mungkin masih dikenang mengingat semasa berkompetisi Arseto Solo mampu menorehkan banyak prestasi.
Lantas bagaimana sejarah Arseto Solo? Buat yang penasaran berikut ini sedikit ulasan lengkapnya untuk Anda.
Arseto Solo merupakan salah satu klub sepak bola legendaris dari Indonesia. Klub ini berdiri pada tahun 1978 di Jakarta, dan didirikan oleh Sigid Harjoyudanto, putra mantan Presiden Soeharto.
Baca Juga: Gol Mantan di Ujung Laga Buyarkan Kemenangan Persis Solo
Hanya saja karena di Jakarta sudah banyak klub Galatama, seperti Jayakarta, Pelita Jaya, ataupun UMS 80, maka Arseto pun pindah ke Solo dan menjadi Arseto Solo dan berkandang di Stadion Manahan.
Kehadiran Arseto Solo disambut positif oleh warga Solo mengingat prestasinya yang mentereng di Galatama.
Arseto Solo langsung menjadi salah satu kekuatan utama di sepak bola Indonesia pada era Galatama sejak tahun 1979 sampai 1994.
Klub ini berhasil meraih 3 gelar juara Galatama, yaitu pada tahun 1982, 1983, dan 1992. Arseto Solo juga berhasil menembus final Piala Indonesia pada tahun 1985 dan 1990.
Tahun 1992 menjadi musim terbaik Arseto setelah mereka menjuarai Galatama dan mewakili Indonesia di Liga Champions Asia.
Baca Juga: Hasil Babak Pertama: Gol Fernando Rodrigues Bawa Persis Solo Unggul Sementara
Arseto Solo juga mencatatkan sejarah karena klub sepakbola ini berhasil melaju ke grup semifinal Liga Champions Asia.
Prestasi Arseto Solo sendiri tidak bisa lepas dari pelatih dan pemain yang bergabung. Misalnya saja Novrizal Chay, Ricky Yacob, Rochy Putiray, I Komang Putra, Agung Setyabudi, hingga Tonggo Tambunan.
Arseto Solo bubar pada tahun 1998 seiring krisis ekonomi yang terjadi saat itu dan berakhirnya kekuasaan Presiden Soeharto atau dikenal dengan nama Orde Baru.
Kontributor : Dinar Oktarini
Berita Terkait
-
Hasil BRI Liga 1: Arema Sikat MU dalam Drama 6 Gol, Malut Hancurkan Persis Solo 3-0
-
Terbukti Efektif! Legenda Timnas Indonesia Ungkap Senjata Mematikan Kalahkan Jepang
-
Kirim Surat ke MPR, Gemas Tolak Pemberian Gelar Pahlawan ke Presiden Soeharto
-
Dua Striker Timnas Indonesia Ribut Sebelum Lawan Jepang, Redflag untuk Shin Tae-yong!
-
Pecah Telur di Kandang Persis Solo, Danilo Alves Berharap Terbukanya Pesta Gol
Terpopuler
- Kejanggalan LHKPN Andika Perkasa: Harta Tembus Rp198 M, Harga Rumah di Amerika Disebut Tak Masuk Akal
- Marc Klok: Jika Timnas Indonesia Kalah yang Disalahkan Pasti...
- Niat Pamer Skill, Pratama Arhan Diejek: Kalau Ada Pelatih Baru, Lu Nggak Dipakai Han
- Datang ke Acara Ultah Anak Atta Halilintar, Gelagat Baim Wong Disorot: Sama Cewek Pelukan, Sama Cowok Salaman
- Menilik Merek dan Harga Baju Kiano saat Pesta Ulang Tahun Azura, Outfit-nya Jadi Perbincangan Netizen
Pilihan
-
Harga Emas Antam Terbang Tinggi Jelang akhir Pekan, Tembus Rp1.520.000/Gram
-
Dinilai Hina Janda, Ridwan Kamil Kena Semprot Susi Pudjiastuti: Mau Omong Apa?
-
5 HP Samsung Rp 1 Jutaan dengan Kamera 50 MP, Murah Meriah Terbaik November 2024!
-
Profil Sutikno, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta yang Usul Pajak Kantin Sekolah
-
Tax Amnesty Dianggap Kebijakan Blunder, Berpotensi Picu Moral Hazard?
Terkini
-
Cerita Bahlil Lahadalia Kesengsem dengan Kuliner Soto Fatimah: Rasa Khasnya Paten
-
Kampanye di Sragen, Bahlil Lahadalia Sebut Ahmad Luthfi Punya Jaringan Pusat
-
Tok! Terdakwa Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga Boyolali Divonis Seumur Hidup
-
Blusukan Bareng Respati-Astrid di Proyek Rel Layang Joglo, Jokowi Titip Pesan Ini
-
Jokowi Tanggapi Putusan Bawaslu Soal Prabowo Dukung Ahmad Luthfi-Taj Yasin