Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Jum'at, 19 Mei 2023 | 15:24 WIB
Ilustrasi kerusuhan Mei 1998. [wikipedia]

Selama 1,5 tahun itu, selain di psikiater juga melakukan meditasi. Itu untuk memulihkan atau recovery buat pemulihan setelah peristiwa itu.

"Selama itu saya juga melakukan latihan meditasi di rumah," imbuhnya.

Waktu itu kondisinya memang mencekam dan serem, beberapa hari listrik mati. Siang malam itu warga tidak ada yang berani keluar. 

Ia berharap peristiwa Mei 1998 lalu tidak terulang lagi di Kota Solo. Dalam peristiwa tersebut paling parah secara jumlah paling banyak di Jakarta, tapi presentasinya Solo paling parah. Karena semua perempatan dibakar. 

Baca Juga: Kapten Timnas Indonesia U-22 Lempar Kode Ramadhan Sananta Menuju Persis Solo

Pasca peristiwa itu, bersama teman-temannya mendirikan posko di PMS dan di lima kecamatan. Posko itu didirikan untuk membantu pemulihan warga yang menjadi korban.

Selain itu juga mendata jumlah warga yang menjadi korban, hasilnya itu ada sekitar 16.000 korban.

"Kami data semua korban, surat-surat penting juga, akta kelahiran dan lain-lain. Mereka juga kami kasih uang buat biaya hidup selema tiga bulan, anggota keluarga dapat Rp 100.000, kepala keluarga Rp 150.000," tandas dia.

"Setelah tiga bulan itu, mereka suruh kami datang, kalau sudah siap kerja akan dikasih uang Rp 7 juta buat modal awal. Kalau belum siap mundur tiga bulan lagi dan kami kasih uang lagi," pungkasnya.

Kontributor : Ari Welianto

Baca Juga: Ramadhan Sananta Dirumorkan Tinggalkan PSM Makassar, Bergabung ke Persis Solo?

Load More