SuaraSurakarta.id - Perawat di RSUI Ns. Hesti Rahayu, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.M.B mencontohkan perawatan yang dapat dilakukan pada orang dengan demensia (ODD) setiap hari melalui jadwal Activity Daily Living (ADL).
Dia, mengatakan jadwal ini meliputi aktivitas seperti mandi, berpakaian, makan pada yang sebaiknya dilakukan pada waktu yang sama. Selain itu, memberikan bantuan pada ODD untuk menulis hal-hal yang ingin dilakukan pada kegiatannya.
Selain itu, rencanakan aktivitas yang disukai ODD dan lakukan pada waktu yang sama setiap harinya serta mempertimbangkan sistem pengingat yang membantu mengingatkan jadwal minum obat.
Menurut Hesti, jika ODD mengalami penurunan fungsional dan kesulitan melakukan aktivitasnya, maka para caregiver dapat membantu mereka dengan tetap menyertakan pasien semaksimal mungkin.
"Hal ini bertujuan untuk membantu melatih kembali fungsionalnya. Selain itu, bersikaplah lembut, menghargai dan menyajikan makanan secara konsisten," kata Hesti dikutip dari ANTARA pada Selasa (4/10/2022).
Lebih lanjut, terdapat hal yang bisa dilakukan untuk perawatan pada perubahan komunikasi dan perilaku ODD yaitu dengan memahami suasana hati ODD, mempertahankan benda atau foto yang disayangi dan mengingatkan kembali siapa kita dengan memberikan informasi.
Selain itu, fasilitasi aktivitas ODD agar tetap aktif seperti melakukan pekerjaan rumah, memasak, membuat kue, olahraga dan lainnya; membantu untuk memulai aktivitas atau bergabung dalam aktivitasnya serta memberikan kesempatan ODD memilih makanannya sendiri.
Menurut Hesti, kualitas hidup ODD dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu demensia, caregiver dan pelayanan medis profesional. Caregiver dapat mempengaruhi perubahan penting dalam kehidupan ODD, mempengaruhi frekuensi dan tipe terapi yang akan diterima oleh ODD.
"Tentunya caregiver perlu mengetahui informasi penyakit dan kebutuhan yang berubah yang perlu dipenuhi pada ODD, memahami arti delirium atau kondisi tidak sadar, apa penyebabnya dan memahami tindakan yang perlu dilakukan," ujar dia.
Hesti mengatakan, Alzheimer tidak hanya terjadi pada lansia di atas 65 tahun, tetapi juga pada pra lansia. Untuk menangani Alzheimer pada pra lansia, maka pada prinsipnya dapat dilihat dari kebutuhan orang dengan demensia tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
-
Evakuasi Ponpes Al-Khoziny: Nihil Tanda Kehidupan, Alat Berat Dikerahkan Diirigi Tangis
Terkini
-
Sambangi Solo, Roy Suryo dan Dokter Tifa Kompak: Ijazah Jokowi 99,9 Persen Palsu!
-
Iriana Jokowi Ulang Tahun, Anies Baswedan hingga Erick Thohir Kirim Karangan Bunga
-
Wali Kota Solo Silaturahmi ke Habib Alwi Masjid Riyadh, Perkuat Sinergi Umaro dan Ulama
-
Momen Hari Batik di Solo: Bentangan Kain Batik Terbesar Berukuran 20 x 7 Meter
-
Nasib Miris BTC Solo: Dulu Pengunjung Sampai Berjubel, Sekarang Sepi dan Banyak Kios Tutup