Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 15 Juli 2022 | 11:41 WIB
Ilustrasi dolar amerika serikat. BI mencatat posisi utang luar negeri Indonesia pada Mei 2022 sebesar 406,3 miliar dolar AS atau mengalami penurunan yang bulan sebelumnya sebesar 410,1 miliar dolar AS. [Dok Suara.com]

SuaraSurakarta.id - Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri Indonesia pada Mei 2022 sebesar 406,3 miliar dolar AS atau mengalami penurunan dibandingkan posisi bulan sebelumnya sebesar 410,1 miliar dolar AS.

"Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan posisi utang luar negeri sektor publik (pemerintah dan bank sentral) maupun sektor swasta. Secara tahunan, utang luar negeri Mei 2022 terkontraksi 2,6 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi bulan sebelumnya sebesar 2,0 persen (yoy)," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dikutip dari ANTARA di Jakarta, Jumat (15/7/2022).

Ia memaparkan utang luar negeri pemerintah pada Mei 2022 sebesar 188,2 miliar dolar AS menurun dibandingkan posisi bulan sebelumnya sebesar 190,5 miliar dolar AS.

Secara tahunan, utang luar negeri pemerintah mengalami kontraksi sebesar 7,5 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi bulan sebelumnya yang sebesar 7,3 persen (yoy).

Baca Juga: Dolar AS Kian Perkasa, Rupiah Tumbang Lagi Sore Ini

"Tren penurunan utang terjadi seiring beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) yang jatuh tempo di bulan Mei 2022 dan pengaruh sentimen global yang memicu pergeseran investasi portofolio di pasar SBN domestik oleh investor nonresiden," katanya.

Sementara itu, pinjaman luar negeri mengalami sedikit kenaikan dari bulan sebelumnya, terutama pinjaman bilateral dari beberapa lembaga partner yang ditujukan untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek prioritas.

Penarikan utang luar negeri dalam periode Mei 2022 masih diutamakan untuk mendukung belanja prioritas pemerintah dan terus mendorong akselerasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Dukungan utang luar negeri Pemerintah ini untuk memenuhi kebutuhan belanja prioritas hingga bulan Mei 2022 antara lain mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang mencakup 24,5 persen dari total dan sektor jasa pendidikan 16,5 persen.

Selain itu, utang untuk prioritas sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 15,1 persen, sektor konstruksi 14,3 persen serta sektor jasa keuangan dan asuransi 11,8 persen.

Baca Juga: Terus Cetak Rekor Baru, Episode 5 Extraordinary Attorney Woo Raih Rating Tinggi

Posisi utang luar negeri Pemerintah relatif aman dan terkendali jika dilihat dari sisi refinancing risk jangka pendek, mengingat hampir seluruhnya merupakan utang dalam jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,8 persen dari total.

Load More