Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Rabu, 13 Juli 2022 | 15:41 WIB
Azzam Ma'ruf Bi Qolbi (6), saat mengikuti proses belajar mengajar. [Suara.com/Ari Welianto) 

SuaraSurakarta.id - Azzam Ma'ruf Bi Qolbi (6), merupakan satu-satunya murid kelas satu di SDN Sriwedari 197 Solo Kecamatan Laweyan, Solo tahun ajaran 2022/2023.

Meski menjadi murid satu-satunya di kelas 1 di SD Sriwedari, Azzam tetap mengikuti proses belajar mengajar.

Azzam, tetap semangat dan tidak minder meski harus sendirian belajar di sekolah bersama wali kelas 1, Diyan Alfiana (26). Azzam, tampak serius dan perhatikan apa yang disampaikan wali kelas.

Saat ditemui ruang kelasnya, Azzam sedang mengikuti pelajaran mewarnai. Ia nampak bersemangat mewarnai gambar pemandangan pegunungan dengan pensil warna. Saat disapa selamat pagi Mas Azzam, langsung menyapa balik.

Baca Juga: Arteria Dahlan Apresiasi Kapolri Tak Buru-buru Nonaktifkan Kadiv Propam Soal Kasus Polisi Tembak Polisi

"Selamat pagi," ujar Azzam saat ditemui, Rabu (13/7/2022).

Ketika ditanya apakah semangat saat belajar hari ini, Azzam menjawab dengan tegas, "Semangat," katanya.

Azzam mengaku sangat senang bisa bersekolah. Ia juga merasa tidak takut meski harus belajar sendirian tidak seperti di kelas lain.

"Saat senang bisa sekolah. Tidak takut dan tidak semangat," imbuh Azzam.

Di sekolah, Azzam sudah mempunyai teman bermain saat waktu istirahat. Hanya saja saat ditanya namanya, Azzam menjawab lupa.

Baca Juga: Real Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Kisah Kepsek 8 Tahun Antar Jemput Siswanya

"Lupa namanya. Temannya itu besar-besar," ungkap bocah asal Kelurahan Panularan ini.

Azzam memiliki cita-cita ketika besar nanti, ingin menjadi pilot. "Cita-citanya mau menjadi pilot," ucapnya.

Selama tiga hari masuk sekolah. Azzam sudah belajar menghafal lagu "Pergi Sekolah", menyusun puzzle SD Sriwedari.

Lalu belajar membuat kartu nama, bermain kartu huruf dengan menyebutkan bendanya, dan lainnya. 

Wali kelas 1, Diyan Alfiana mengatakan sebenarnya kelas 1 ada dua siswa. Satu siswa, yakni Azzam hasil Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), sedangkan satu siswa lagi merupakan siswa lama yang tidak naik kelas. 

"Ada dua siswa sebenarnya, satu siswa baru dan satu siswa lagi siswa lama yang tinggal kelas. Tapi siswa lama tidak berangkat," terang Diyan.

Azzam Ma'ruf Bi Qolbi (6), saat mengikuti proses belajar mengajar. [Suara.com/Ari Welianto) 

Diyan mengaku sangat menyenangkan meski hanya mengajar satu siswa saja. Ia berharap bisa lebih dekat dengan siswa dan lebih fokus mengajarnya. 

"Sebelumnya siswa saya itu sedikit. Yang kemarin itu mengajar lima siswa, sebelumnya mengajar tiga siswa. Jadi sudah terbiasa," jelasnya.

Mengenai Azzam, sejak pertama kali masuk sekolah itu anaknya komunikatif dan ceria. Karena tidak ada temannya bukan berati terus jadi malu, rendah diri itu tidak.

"Tapi dari awal sudah semangat belajar. Tidak ada treatment khusus untuk mengajar Azzam," papar dia.

Saat berada di sekolah ikut bermain seperti siswa yang lain atau dengan kakak kelasng. Apalagi kakaknya bernama Ukhty Awan Permata Aulia (9) juga sekolah di sini kelas 4.

"Jadi kakaknya sering menemani bermain. Kadang saya ajak agar main dengan kakak kelasnya, mereka juga mau mengajak bermain atau sekedar jajan bareng," terangnya.

Diyan juga sering berkomunikasi dengan orang tuanya, apakah ada permasalahan atau tidak karena sementara ini tidak ada teman satu kelasnya.

"Alhamdulillah, orang tua memberi suport penuh. Sudah menitipkan kepada saya juga, sudah tahu kondisinya juga," ujar Diyan.

Sementara itu, Kepala SDN Sriwedari 197 Bambang Suryo Riyadi menjelaskan awalnya ada tiga siswa yang mendaftar di sini. Tapi dua pendaftar itu menjadikan SDN Sriwedari sebagai opsi kedua. 

"Ada dua siswa lain yang daftar sebenarnya. Mereka bukan ditolak, tapi mereka SDN Sriwedari hanya menjadi pilihan kedua, satu masuk di SD Tumenggungan, dan satunya SD Mangkubumen," papar dia.

Bambang menambahkan, sejak sistem zonasi diterapkan jumlah peserta didik baru terus mengalami penurunan. Tahun lalu hanya lima siswa saja, saat ini naik kelas 2 ada empat siswa, sedangkan satu siswa harus tinggal kelas. Sehingga kelas 1 saat ini ada dua siswa.

Selain sistem zonasi, penyebab lain yang membuat sekolahnya sepi peminat, karena di sekitar SDN sekarang berdiri perhotelan, perkantoran dan GOR. 

Dulu di sekitar sekolah itu permukiman penduduk yang jumlah masyarakat cukup banyak. 

"Sekarang sudah beralih fungsi menjadi perhotelan, perkantoran dan lapangan. Jumlah masyarakatnya sudah banyak berkurang," tandasnya.

Selain itu persaingan dengan sekolah swasta juga menjadi salah satu faktor. Apalagi sekolah swasta lebih awal membuka pendaftaran peserta didik baru.

"Sekolah swasta itu bisa memilih siswa. Kalau negeri biasanya itu sisa dari swasta," tutur dia.

Kalau dari sistem zonasi itu, SDN Sriwedari meliputi Kelurahan Panularan, Penumping, Kemlayan dan Sriwedari. 

Meski jumlah peserta didik terus berkurang, tapi pembelajaran tetap dilakukan seperti biasa. 

Kontributor : Ari Welianto

Load More