SuaraSurakarta.id - Masjid Agung Solo, merupakan salah satu masjid bersejarah di Kota Solo dan peninggalan Kerajaan Mataram Islam.
Berdirinya Masjid Agung tidak bisa lepas dari perpindahan Keraton Kartasura menuju Surakarta pada 17 Februari 1745. Masjid Agung dibangun pada masa kekuasaan Paku Buwono yang memerintah pada 1745-1749.
Perpindahan keraton Kartasura ke Surakarta merupakan imbas dari terjadinya peristiwa geger pecinan yang pecah pada tahun 1743 yang membuat keraton hancur. Kemudian merambah ke daerah-daerah lain seperti di Jawa Tengah lalu ke Kartasura. .
"Masjid Agung ini dibangun pada tahun 1745 di masa pemerintahan PB II. Ini beriringan perpindahan keraton dari Kartasura ke Surakarta," ujar Sekretaris Pengurus Masjid Agung Solo, Abdil Basit, Sabtu (9/4/2022).
Menurutnya, karena jabatan raja itu tidak hanya sebagai pemimpin pemerintahan tapi juga sebagai tanggung jawab untuk penyiaran agama Islam.
Maka Panotogomo juga membangun masjid sebagai tempat ibadah, tidak hanya membangun pusat pemerintahan saja.
"Lokasinya yang dipakai untuk dibangun masjid itu dekat dengan pusat pemerintahan. Lokasinya ini ada di daerah Kauman," katanya.
Pada pembangunan Masjid Agung Solo ini sebagian bahan yang digunakan adalah bekas Masjid Agung Kartasura yang dibawa PB II ke Surakarta.
Tiga tahun memerintah di Keraton Kasunanan Surakarta, PB II meninggal dulu. Pemerintahan pun dipegang PB III, yang juga melanjutkan pembangunan Masjid Agung ini.
Baca Juga: Sebanyak 20 Orang Telah Jadi Mualaf dan Membaca Syahadat di Masjid Agung An-Nur Pekanbaru
Peletakan tiang saka guru (empat tiang utama) dilaksanakan langsung oleh PB III pada tahun 1757. Saka tersebut merupakan bawaan dari Keraton Kartasura.
Hal tersebut diketahui dari prasasti yang ada di dinding ruang utama masjid dan selesai sekitar tahun 1768. Pembangunan terus dilakukan oleh raja-raja yang memerintah keraton berikut.
"Prosesnya pembangunannya memang lama, awal-awal itu tidak semegah sekarang. Namun diantara raja yang banyak melakukan pembangunan dan pengembangan masjid adalah PB IV, PB VII dan PB X," kata dia.
Bangunan Masjid Agung pada masa PB II baru serambi atau bagian dalam dan itu pun masih bersedarha. Dalam perkembangan waktu dilakukan pengembangan dan penyempurnaan bangunan oleh raja-raja berikutnya.
Masjid Agung Solo ini terinspirasi dari Masjid Agung Demak yang arsitekturnya rumah adat jawa. Di mana berbentuk joglo dan beratap tajuk susun tiga yang melambangkan kesempurnaan umat Islam dalam menjalani kehidupannya, yakni Islam, Iman, dan ikhsan (amal).
"Ini terinspirasi oleh Masjid Agung Demak, berbentuk joglo dan beratap tajuk susun tiga. Bahan materialnya itu kebanyakan dari kayu," sambungnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Oktober: Klaim 16 Ribu Gems dan Pemain 110-113
- Jepang Berencana Keluar dari AFC, Timnas Indonesia Bakal Ikuti Jejaknya?
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- Daftar HP Xiaomi yang Terima Update HyperOS 3 di Oktober 2025, Lengkap Redmi dan POCO
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
Pilihan
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
Terkini
-
Dua Pemuda Bawa Sajam Diamankan Polisi di Jalan Kapten Piere Tendean, Ini Kronologinya
-
Dugaan Mahasiswi Bunuh Diri, UIN Raden Mas Said: Korban Jalani Pengobatan hingga Psikiater
-
Lewat Perjuangan Panjang, Ini Kisah Ketum Senkom Mitra Polri Raih Gelar Doktor
-
Diduga Alami Bipolar, Mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta Nekat Lompat dari Lantai 4
-
Dana TKD Dipangkas Rp 218 Miliar, Wali Kota Solo Terapkan WFH?