Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Kamis, 07 April 2022 | 08:48 WIB
Ilustrasi gambar. COVID-19 varian Omicron masih menjadi momok tersendiri di masyarakat. Apalagi varian terbaru itu kini memiliki sub varian yang tengah menyebar di masyarakat dunia. (pixabay)

"Yang ditakutkan adalah apabila mirip Delta berarti lebih cepat menular dan menyebabkan gejala yang parah karena berada di paru-paru. Akan tetapi, penelitian di laboratorium itu belum terbukti di dunia nyata sampai sekarang," kata dr. Ning.

Salah satu bentuk pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan vaksinasi. Sebab vaksin terbukti efektif mencegah gejala berat dan kematian.

Menurut dr. Ning, efektivitas vaksin harus dilihat dari kemampuan vaksin dalam mencegah seseorang masuk ke rumah sakit dan mencegah kematian.

Virus varian baru pasti mengalami perubahan bentuk, sedangkan antibodi bisa mengikat patogen atau mikroorganisme kalau spesifik sekali.

Baca Juga: Tips Hidup Berdampingan dengan Covid-19, Ini 3 Hal yang Harus Persiapkan

Apabila ada perbedaan sedikit saja, antibodi tidak bisa mengikat 100 persen, sehingga terjadi escape immunity. Jadi jika ada varian baru, seseorang yang sudah pernah kena virus atau sudah divaksin dan terkena lagi merupakan hal yang wajar.

"Sekarang kita menghadapi Omicron dan vaksin masih efektif karena orang-orang yang masuk ke rumah sakit akibat gejala berat jumlahnya sedikit dan yang meninggal jauh lebih sedikit dibandingkan waktu varian Delta. Ini merupakan bukti bahwa vaksin sangat efektif," jelas dr. Ning.

Selain vaksin, protokol kesehatan juga tetap wajib dijalankan untuk mencegah penularan COVID-19. Sebab penularan dapat menimbulkan varian baru dan siklus itu akan terus berlanjut.

"Protokol kesehatan dan vaksinasi merupakan harga mati untuk mencegah penularan COVID-19 karena penularan dapat menimbulkan varian baru sehingga siklusnya akan terus seperti itu. Akibatnya, kita tidak akan berada dalam kondisi endemis," katanya.

Menurut data vaksinasi COVID-19 Nasional Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tanggal 28 Maret 2022 Pukul 18.00 WIB, penerima vaksinasi dosis pertama sudah mencapai 195.992.326 dosis (94,11 persen), dosis kedua mencapai 158.062.017 dosis (75,89 persen), dan dosis ketiga sebesar 20.297.770 dosis (9,75 persen).

Baca Juga: Meski Muncul Subvarian Omicron, Pakar Sebut Covid-19 di Indonesia Mulai Terkendali

Load More