Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 07 Februari 2022 | 07:18 WIB
Ilustrasi isolasi atau karantina COVID-19. Pemkot Solo meminta Pemprov Jateng agar Asrama Haji Donohudan kembali diaktifkan sebagai lokasi isolasi terpusat menyusul meningkatnya kasus COVID-19. - (Pixabay/fernandozhiminaicela)

SuaraSurakarta.id - Kasus COVID-19 mengalami lonjakan yang signifikan di daerah Solo Raya. Termasuk di Kota Solo. 

Beragam persiapan pun dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona yang semakin meluas. Dari menyiapkan layanan kesehatan hingga tempat karantina. 

Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta meminta Pemprov Jateng agar Asrama Haji Donohudan kembali diaktifkan sebagai lokasi isolasi terpusat menyusul meningkatnya kasus COVID-19 di beberapa daerah, termasuk di Solo.

"Ya diaktifkan lagi, kami optimalkan (fasilitas) dari gubernur, asrama kan seperti penginapan," kata Sekretaris Daerah Kota Surakarta Ahyani dikutip dari ANTARA di Solo, Minggu (6/2/2022).

Baca Juga: Warga di Sumut Alami Pembengkakan Diduga Usai Divaksin Covid-19

Meski demikian, kata dia, Asrama Haji  Donohudan akan menjadi lokasi isolasi terpusat yang bersifat darurat.

"Cadangan saja, mudah-mudahan nggak separah dulu," katanya.

Meskipun saat ini Asrama Haji Donohudan tetap menjadi rujukan untuk penanganan COVID-19, kata dia, untuk operasionalnya hanya berstatus Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC). Sedangkan fungsinya sebagai tempat isolasi terpusat yang menampung orang tanpa gejala (OTG) telah ditutup beberapa waktu lalu karena angka kasus melandai.

"Makanya kami minta agar isoternya dibuka lagi, kalau yang selama ini beroperasi kan yang RSDC, yang isoter untuk OTG belum," katanya.

Mengenai kasus COVID-19 yang terjadi di Kota Solo, katanya, sebagian besar dari sekolah. Terkait hal itu, pihaknya berupaya melakukan evaluasi.

Baca Juga: Vaksinasi di Bontang Capai 74 Persen, Tapi Kasus Baru Terus Bermunculan, Kok Bisa?

"Kebijakannya kemarin, satu kasus pun tetap dilakukan penghentian sementara pembelajaran tatap muka (PTM) untuk kemudian dilakukan 'tracing' di lingkungan sekolah. Kadang kan kedisiplinan prokes kan kurang disiplin," katanya.

Disinggung mengenai kelanjutan kegiatan PTM, katannya, akan dibahas pada rapat koordinasi penanganan COVID-19 di Solo pada Senin (7/2).

"Keputusan dari situ, sebetulnya PTM bisa dilakukan dua kali, misalnya pagi dan sore masing-masing 50 persen, kita mengatur waktu. Gurunya yang mengalah, yakni mengajarnya dua kali," demikian Ahyani.

Load More