Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Rabu, 05 Januari 2022 | 13:51 WIB
Ilustrasi isolasi atau karantina COVID-19. WHO tetap menyarankan pasien Covid-19 yang sembuh lebih cepat untuk melakukan karantina selama 14 hari - (Pixabay/fernandozhiminaicela)

SuaraSurakarta.id - Pandemi COVID-19 di Dunia sudah berjalan kuranh lebih dua tahun. Meski sebagian penduduk dunia sudah divaksin, WHO tetap menyarankan pemberlakuan protokol kesehatan secara ketat. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tetap menyarankan karantina 14 hari meskipun mayoritas pasien COVID-19 sembuh dalam waktu 5-7 hari setelah muncul gejala, kata salah satu pejabat badan PBB tersebut saat konferensi pers, Selasa (4/1/2022).

Namun, menurut Abdi Mahamud dari Tim Dukungan Manajemen Insiden COVID-19 WHO, negara-negara harus membuat keputusan tentang lamanya masa karantina berdasarkan kondisi seseorang.

Di negara dengan jumlah infeksi yang rendah, masa karantina yang lebih lama dapat membantu menjaga jumlah kasus serendah mungkin, terangnya.

Baca Juga: Bandung Barat Nihil Kasus Aktif COVID-19

Akan tetapi, di negara dengan kasus yang sangat rendah, karantina yang lebih singkat mungkin dibenarkan supaya perekonomian negara-negara tetap berjalan, katanya.

Pejabat WHO itu  mengatakan kepada awak media bahwa ada kemungkinan untuk terinfeksi flu dan COVID-19. Tetapi, karena keduanya adalah virus berbeda yang menyerang tubuh dengan cara yang berbeda, ada "risiko kecil" keduanya menyatu membentuk virus baru.

Menurut WHO, sampai 29 Desember 2021 sekitar 128 negara melaporkan kasus Omicron. Di Afrika Selatan, yang mengalami lonjakan tajam kasus diikuti oleh penurunan yang relatif cepat dan tingkat rawat inap serta kematian masih rendah.

Akan tetapi, situasi di setiap negara akan berbeda-beda, kata Mahamud.

"Selagi studi terbaru menunjukkan fakta bahwa varian Omicron memengaruhi sistem pernapasan bagian atas daripada paru-paru, yang menjadi kabar baiknya, seseorang yang berisiko tinggi dan tidak divaksin masih berpotensi sakit parah akibat varian tersebut," lanjutnya.

Baca Juga: 35.702 Anak Usia 6-11 Tahun di Bandar Lampung Sudah Divaksin

Mahamud menuturkan Omicron dapat menggeser varian lain dalam hitungan minggu, terutama di daerah yang memiliki sejumlah besar orang rentan - apalagi yang tidak divaksin.

Di Denmark, katanya, perlu dua pekan untuk melipatgandakan kasus varian Alpha, sementara Omicron hanya butuh dua hari.

"Dunia belum pernah menyaksikan penularan virus seperti itu," katanya.

Kelompok Ahli Penasihat Strategi (SAGE) imunisasi WHO akan mengelar pertemuan pada 19 Januari untuk meninjau situasi tersebut.

Topik yang akan dibahas di antaranya yaitu waktu booster, kombinasi vaksin dan komposisi vaksin ke depannya.
[ANTARA]

Load More