Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Kamis, 30 Desember 2021 | 08:47 WIB
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus (WHO)

SuaraSurakarta.id - Penyebaran COVID-19 jenis baru Omicron disebut-sebut tak begitu bahaya darpada yang sebelumnya varian Delta. Namun demikian, kekhawatiran itu muncul saat kedua varian itu menyebar bersamaan.  

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan peredaran varian COVID-19 Delta dan Omicron secara bersamaan menciptakan "tsunami kasus".

"Delta dan Omicron kini menjadi ancaman ganda yang meningkatkan kasus hingga menyentuh rekor, menyebabkan lonjakan rawat inap dan kematian," kata Tedros dikutip dari ANTARA Kamis (30/12/2021).

"Saya sangat khawatir bahwa Omicron, yang sangat menular dan menyebar berbarengan dengan (varian) Delta, menyebabkan tsunami kasus."

Baca Juga: Tahun Depan, Ekonomi Indonesia Diprediksi Lebih Mentereng

Tedros berulang kali menyeru negara-negara agar berbagi vaksin secara lebih adil dan juga memperingatkan bahwa prioritas vaksin booster di negara-negara kaya dapat membuat negara-negara miskin kekurangan vaksin.

Menurut Tedros, WHO mendesak semua negara agar mencapai tingkat 70 persen vaksinasi pada pertengahan 2022, yang akan membantu mengakhiri masa genting pandemi.

Malam Tahun Baru akan menandai dua tahun China memperingatkan WHO tentang 27 kasus "pneumonia virus" misterius di kota Wuhan.

Semenjak itu lebih dari 281 juta orang di seluruh dunia dilaporkan terinfeksi COVID-19 dan lebih dari 5 juta orang meninggal karenanya, menurut data Reuters.

Baca Juga: Apa Itu Transmisi Lokal Covid-19? Ini Penjelasan Bahayanya

Load More