Budi Arista Romadhoni
Minggu, 12 Desember 2021 | 09:58 WIB
Ilustrasi disabilitas. Gangguan tumbuh kembang anak perlu diantisipasi sejak dini. Termasuk gangguan fungsi yang menyebabkan seseorang tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari atau disabilitas. (unsplash)

SuaraSurakarta.id - Gangguan tumbuh kembang anak perlu diantisipasi sejak dini. Termasuk gangguan fungsi yang menyebabkan seseorang tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari atau disabilitas.

Disabilitas menjadi salah satu yang dapat terjadi pada anak dalam aspek perkembangannya. Maka tumbuh kembak anak usia dini perlu mendapat perhatian. 

Disabilitas perkembangan diartikan sebagai sekelompok kondisi karena gangguan dalam bidang fisik, kemampuan belajar, bahasa, atau perilaku. Kondisi ini dimulai selama periode perkembangan anak dan dapat mempengaruhi fungsi sehari-hari dan biasanya berlangsung sepanjang hidup anak.

Saat ini dilaporkan terdapat lebih dari 1 miliar orang di dunia yang diperkirakan mengalami disabilitas. Jumlah ini sekitar 15 persen dari populasi dunia, dengan 190 juta atau 3,8% orang berusia 15 tahun ke atas mengalami kesulitan yang signifikan dalam beraktivitas sehingga seringkali membutuhkan pelayanan kesehatan.

Spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi (KFR) di Rumah Sakit Universitas Indonesia, dr. Amien Suharti, Sp.KFR mengatakan, dalam penanganan masalah disabilitas, dokter akan melakukan asesmen apakah ada gangguan fungsi komunikasi atau gangguan fungsional aktivitas sehari-hari.

Setelah diasesmen, dokter akan menentukan intervensi apa yang dapat diberikan kepada pasien, yang diantaranya bisa bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan kondisi masing-masing pasien.

Salah satu terapi yang dilakukan pada anak dengan keterlambatan dalam perkembangan yaitu terapi sensori terintegrasi. Terapi integrasi sensorik dapat membuat perbedaan nyata dengan membantu anak untuk mengelola kepekaan dan keinginan mereka.

Pada penanganan gangguan tumbuh kembang anak, prinsip tata laksana rehabilitasi medik yang dilakukan yakni mengoptimalkan kemampuan individu untuk mempertahankan dan mencapai tingkat fungsi fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual yang lebih baik sehingga terjadi peningkatan kualitas hidup.

Menurut Amien, dalam mengoptimalkan hal ini, stimulasi sangatlah penting. Stimulasi adalah proses merangsang hubungan antar sel-sel otak yang dilakukan sejak dini secara terus-menerus, yang dapat mengembangkan berbagai kemampuan anak melalui pembentukan sirkuit otak.

Baca Juga: Viral Prajurit TNI AU Usir Mertua Disabilitas, Kopral Mesman Terancam Dijerat Sanksi

“Dengan stimulasi yang cukup serta nutrisi yang baik, sinap akan berkembang pesat dan jalinan saraf lebih luas, yang pada akhirnya berperan dalam meningkatkan kecerdasan anak,” ujar dia.

Sementara dalam penanganan gangguan pemrosesan sensori anak, fokus terapi di rehabilitasi medis yakni memunculkan motivasi anak untuk bermain interaktif dan bermakna sehingga partisipasi aktif dari pasien yang diterapi juga sangatlah penting.

Amien mengatakan, penanganan disabilitas pada anak dengan tata laksana yang tepat dapat mengembalikan kemampuan fungsional dan partisipasi anak sesuai usia.

Fisioterapis di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Mahasin Amaliyah, Amd.OT mengatakan, para orang tua bisa mengamati perkembangan motorik anak melalui pada kartu Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (DDTK) yang bisa membantu memantau perkembangan normal anak berdasarkan usia.

Dia mengatakan, anak dengan sensori normal dapat menampilkan perilaku normal. Sementara untuk yang mengalami gangguan sensori dapat terjadi hipersensitif atau hiposensitif yang ditandai beberapa perilaku seperti menghindar, kurang nyaman, mudah lelah, atau takut dan bereaksi secara berlebihan terhadap stimulus yang diterima.

Sementara hiposensitif yaitu perilaku sibuk mencari stimulus secara berlebih, tidak bisa diam atau banyak gerak, dan atau kurang berespon terhadap stimulus yang diterima.

Load More