SuaraSurakarta.id - Pemerintah sudah jauh-jauh hari merencanakan akan kembali menetapkan aturan PPKM level 3 pada perayaan hari natal dan tahun baru.
Hal itu diduga dilakukan untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 gelombang ketiga. Lantaran biasanya kerumunan orang pada perayaan natal dan tahun baru tak bisa terhindarkan.
Namun, mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah justru menentang aturan diberlakukan kembali PPKM level 3 tersebut. Pasalnya hal itu hanya akan menyusahkan rakyat semata.
"Kembali menerapkan PPKM Level 3 itu konsekuensinya cukup berat untuk ekonomi rakyat dan ekonomi pada umumnya," ucapnya melalui unggahan video di channel YouTube Karni Ilyas Club.
Baca Juga: Daya Lenting Kota dan Pemerintah Cergas Hadapi Pandemi COVID-19
Siti Fadilah pun mempertanyakan dasar alasan apa yang melatarbelakangi pemerintah telah memprediksi jika pada perayaan natal dan tahun baru bakal terjadi lonjakan kasus. Sehingga harus kembali menerapkan aturan PPKM level 3.
"Semuanya serba tidak diteliti kemudian ada statement yang mengagetkan. Misalkan Desember akan kembali terjadi lonjakan karena ada natal dan tahun baru. Wah itu seperti hasil dari penelitian, padahal tidak ada hasil penelitian yang mendasari hal itu," sambungnya.
Karena keanehan tersebut, perempuan berusia 72 tahun ini curiga jika penerapan PPKM level 3 nanti sarat akan kepentingan tertentu. Terlebih soal bisnis PCR dan sejenisnya yang mulai diperdebatkan publik.
"Kita tidak bisa menyalahkan rakyat yang curiga jika dibalik penerapan PPKM level 3 ada kepentingan tertentu. Karena pemerintah pastinya akan kembali menggencarkan PCR dan tes antigen," sambungnya.
Ia menjelaskan sebenarnya PCR itu alat untuk mendeteksi orang yang sudah memiliki gejala. Tak ayal, aturan yang mewajibkan orang harus PCR saat menggunakan trasnportasi umum sangat tidak masuk akal.
Baca Juga: Seorang Dosen Positif Terpapar COVID-19, Kampus di Kota Hangzhou China Lockdown
"Sebenarnya mendiagnosa orang yang sakit itu harus dokter dari tanda-tanda dan gejala, labolatorium barulah PCR. PCR adalah alat konfirmasi yang sudah diujung. Jadi PCR itu bukan mendiagnosa,"
Berita Terkait
-
Pasar Saham Indonesia Terjun Hebat, Lebih Parah dari IHSG Era Pandemi COVID-19?
-
Trump Sempat Telepon Presiden China Soal Asal-Usul COVID, Ini Kata Mantan Kepala CDC!
-
Survei: Milenial Rela Rogoh Kocek Lebih Dalam untuk Rumah Modern Minimalis
-
Trump Tarik AS dari WHO! Salahkan Penanganan COVID-19
-
Kronologi Dewi Soekarno Didenda Pengadilan Jepang Rp3 Miliar Gegara Pecat Karyawan
Tag
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- 10 HP Midrange Terkencang Versi AnTuTu Maret 2025: Xiaomi Nomor 1, Dimensity Unggul
- 6 Rekomendasi Parfum Indomaret Wangi Mewah Harga Murah
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
Pilihan
-
Hasil BRI Liga 1: Comeback Sempurna, Persib Bandung Diambang Juara
-
RESMI! Stadion Bertuah Timnas Indonesia Ini Jadi Venue Piala AFF U-23 2025
-
Jenazah Anak Kami Tak Bisa Pulang: Jerit Keluarga Ikhwan Warga Bekasi yang Tewas di Kamboja
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan NFC Terbaik April 2025, Praktis dan Multifungsi
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
Terkini
-
Melodi Tradisi, Rasa Kekinian: Gojek Hadir di Tengah Semarak Adeging Mangkunegaran
-
Gunungan Makin Tinggi, PLTSa Putri Cempo Hanya Mampu Mengolah 120 Ton Sampah
-
Maling Burung di Solo Kena Batunya: Kepergok di Banyuagung, Berakhir Diciduk Tim Sparta
-
Satresnarkoba Polresta Solo Sikat Kurir Sabu di Mojosongo, Barang Bukti Siap Edar Disita
-
Dijamin Ngakak! Angkat Kehidupan Kota Solo, Film Komedi 'Cocote Tonggo' Akhirnya Tayang