SuaraSurakarta.id - Warung HIK Solo baru saja ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb). Padahal warung HIK hanya menyajikan nasi kucing.
Menu khas di Warung HIK salah satunya nasi kucing. Menu itu sudah ada sejak HIK atau angkringan mulai dirintis oleh warga Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Klaten, di Kota Solo.
Ini sejarah nasi kucing di warung HIK.
Menyadur dari Solopos.com, salah satu pegiat Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Suwarna, menjelaskan awalnya ada warga asal Dukuh Sawit, Desa Ngerangan yang merantau ke Solo dan menjadi buruh pedagang terikan. Warga itu bernama Karso Djukut.
Mbah Djukut awalnya berinisiatif menjajakan terikan sembari membawa cerek wadah minuman. Lambat laun, menu terikan itu mulai tergeser dengan menu nasi bungkus dengan lauk secuil daging bandeng atau gereh lengkap dengan sambal. Nama menu tersebut lantas dikenal dengan nasi kucing dan melekat hingga kini.
“Kisaran 1942 dinamakan nasi kucing karena porsinya yang kecil. Seperti untuk memberi makan kucing dan pertama kali identik dengan lauk sambal teri atau bandeng atau gereh besek yang biasa digunakan untuk memberi lauk makan kucing,” kata Suwarna.
Seiring perkembangan zaman, menu nasi semakin beragam. Tak hanya lauk sambal bandeng atau teri, menu nasi kini menggunakan lauk sambal tempe hingga sambal belut. Namun, porsinya tetap mini.
Satu lagi menu khas hik atau angkringan adalah minuman. Teh panas legi kenthel atau nasgitel menjadi menu minuman yang seakan tak bisa ditinggalkan.
Suwarno menjelaskan racikan minuman teh nasgitel itu kali pertama dipopulerkan oleh warga Dukuh Sawit, Desa Ngerangan, Wiryo Je, ketika masih menjadi prembe atau anak buah juragan angkringan pada era 1940-an. Wiryo mengenalkan minuman teh kental hasil oplosan dari berbagai merek teh. Racikan teh oplosan itu yang hingga kini masih diterapkan bakul angkringan terutama yang berasal dari Ngerangan.
Baca Juga: Heboh! Pria Ini Jualan Nasi Kucing Sungguhan, Warganet Auto Tercengang
Usaha Andalan
Suwarna mengatakan racikan teh biasanya disesuaikan dengan kekhasan wilayah masing-masing tempat pelaku usaha hik atau angkringan itu berjualan. “Kemudian ada tata cara meracik dan cara menuangkan ke gelas. Juga air yang mendidih dimasak menggunakan bara arang. Ini akan sangat menentukan cita rasa,” kata Suwarna.
Namun, para pelaku usaha angkringan terutama yang berasal dari Ngerangan maupun Bayat secara umum tak pernah menggunakan campuran teh celup. “Ini soal rasa,” ungkap dia.
Selain dua menu tersebut, ada menu lainnya yang menjadi ciri khas angkringan. Suwarna menyebutkan seperti jadah bakar, satai kere, jahe gepuk, serta teh lemon.
Suwarna kembali menegaskan cikal bakal angkringan atau hik berasal dari Desa Ngerangan. Hingga kini, usaha angkringan menjadi usaha andalan mayoritas warga Ngerangan.
“Dalam satu desa 75 persen penduduknya sampai saat ini menjadi pedagang angkringan. Bisa dibilang, Ngerangan menjadi satu-satunya desa di Indonesia yang ekonomi masyarakatnya ditopang dari kegiatan angkringan,” kata Suwarna.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jadi Libur Sekolah Makin Asyik! Klaim Segera, Jangan Sampai Kehabisan
-
8 Jenis Mobil yang Paling Masuk Akal untuk Gaji UMR Ingin Punya Kendaraan Pribadi
-
Bukan Sekadar Angka: Mengapa Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak Ke Sekolah Adalah Investasi?
-
7 Tempat Wisata di Sragen yang Cocok Dikunjungi Saat Libur Akhir Tahun 2025
-
Teguh Prakosa Benarkan FX Rudi Mundur dari Plt Ketua DPD PDIP Jateng