SuaraSurakarta.id - Warung HIK atau hidangan istimewa kampung belakangan ini menjadi pembicaraan. Sebab HIK yang ada di Kota Solo ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB)
HIK asal Solo memiliki sejarah panjang. Keberadaan pedagang HIK sudah mewarnai perjalanan kehidupan masyarakat Solo sejak sebelum Indonesia merdeka.
Menyadur dari Solopos.com, Sejarawan Solo Heri Priyatmoko mengaku pernah melakukan riset mengenai HIK dan angkringan. Ia pun menemukan bukti bahwa HIK maupun angkringan, meski sudah menyebar ke berbagai daerah dengan nama berbeda, merupakan budaya asli Solo.
Heri menuturkan warung HIK Solo dulunya bernama angkringan. Namun dalam perkembangannya, muncul pemahaman umum bahwa angkringan berasal dari Yogyakarta. “Padahal aslinya Solo,” ujar Heri.
Sebelum menyebar ke wilayah Jogja, angkringan sudah lebih dulu populer di Solo. Sedangkan istilah hik baru muncul sekitar 1980-an ketika konsep angkringan mulai menyebar ke Yogyakarta. “Ini terungkap dalam buku terbitan Pemkot Solo,” jelasnya Selasa (2/11/2021).
Bukti bahwa angkringan yang kemudian berubah menjadi warung hik adalah budaya asli Solo diperoleh Heri berdasarkan riset yang dilakukannya di Perpustakaan Nasional, beberapa waktu lalu.
Saat riset itu, Heri menemukan Koran Jawi Swara terbitan 1913 yang menyebutkan peristiwa pencurian, di mana malingnya bersembunyi di angkring. Pada masa itu, listrik baru mulai digunakan di sekitaran Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Upaya Bertahan Wong Cilik
Warga sekitar Solo, terutama Klaten, menangkap peluang itu dengan berjualan makanan keliling kampung. Heri menambahkan angkringan kala itu adalah upaya bertahan wong cilik di kota raja dengan modal sedikit.
Baca Juga: Jadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia, Ini Fakta Nutrisi Telur Asin
Seperti diberitakan, ada 28 jenis budaya asli Solo yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), belum lama ini.
Selain hik, kuliner khas Solo lain, seperti satai kere, satai buntel, roti kecik, serabi notosuman, dan timlo juga mendapat predikat sama. Heri mengapresiasi penetapan warung hik sebagai warisan budaya nasional.
Menurutnya, memang sudah selayaknya kuliner khas Kota Bengawan itu menjadi kekayaan budaya yang patut dilestarikan. Banyak lagi kuliner asli Solo yang layak menjadi WBTB, seperti nasi liwet.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
Terkini
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jadi Libur Sekolah Makin Asyik! Klaim Segera, Jangan Sampai Kehabisan
-
8 Jenis Mobil yang Paling Masuk Akal untuk Gaji UMR Ingin Punya Kendaraan Pribadi
-
Bukan Sekadar Angka: Mengapa Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak Ke Sekolah Adalah Investasi?
-
7 Tempat Wisata di Sragen yang Cocok Dikunjungi Saat Libur Akhir Tahun 2025
-
Teguh Prakosa Benarkan FX Rudi Mundur dari Plt Ketua DPD PDIP Jateng