Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Rabu, 03 November 2021 | 15:10 WIB
Kapolres Wonogiri, AKBP Dydit Dwi Susanto (kiri), meminta keterangan tersangka kasus penipuan modus penggandaan uang, Kemis alias Wali, 43, warga Dusun Selangkah RT 002/RW 007, Desa Beruk, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar saat gelar tersangka dan barang bukti di Mapolres, Rabu (3/11/2021). [Solopos-Rudi Hartono]

SuaraSurakarta.id - Tersangka penipuan dengan modus menjadi Dukun penggandaan uang berhasil diamankan di Mapolres Wonogiri.  

Tersangka kasus penipuan dengan modus penggandaan uang, Kemis alias Wali, mengaku bukan seorang dukun, melainkan seorang sopir yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai tukang pijat/terapi kesehatan.

Menyadur dari Solopos.com, Kemis bersama adik iparnya, Warno alias Heri, 33, ia mengaku baru sekali berkomplot. Mereka mengaku hanya diajak bekerja sama A, otak tindak kejahatan itu.

Saat gelar tersangka dan barang bukti di Mapolres Wonogiri, Kemis mengaku bukan seorang dukun. Warga Dusun Selangkah RT 002/RW 007, Desa Beruk, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar, itu sehari-hari bekerja sebagai sopir mobil yang mengangkut sayuran. Dia memiliki pekerjaan sampingan sebagai tukang pijat/terapi kesehatan.

Baca Juga: Inovasi Besar Rutan Wonogiri Menuju Pelayanan Semakin Maksimal, Ini Gambarannya

Kemis kepada polisi mengatakan diajak bekerja sama oleh Warno, warga Kampung Karangasem RT 004/RW 016, Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo. Menurut adik iparnya itu, Kemis diminta berperan sebagai dukun yang bisa menggandakan uang.

Uang yang ingin digandakan senilai Rp100 juta milik Yakop Haprekunary, 46, warga Desa Selicin, Kecamatan Lubuk Baja, Kota Batam, Kepulauan Riau. Mendengar uang sebanyak itu Kemis tergiur dan menyanggupi peran tersebut.

“Saya sama sekali belum pernah melakukan ritual, apalagi buat menggandakan uang. Karena enggak tahu harus berbuat apa, saya pakai bunga mawar dan sesajen seadanya buat ritual. Saya juga enggak merapal mantra tertentu karena enggak tahu soal mantra,” kata Kemis.

Dia tidak mengenal A. Kemis mengetahui tentang A dari Warno. Setahu dia A adalah orang yang membawa Yakop. Selebihnya dia tak mengetahui latar belakang A.

“Kalau kamu bisa menggandakan yang pasti menggandakan uang kamu sendiri. Iya kan?” ucap Kapolres Wonogiri, AKBP Dydit Dwi Susanto saat meminta keterangan Kemis.

Baca Juga: Sedang Berzikir di Majid Raya Klaten, Sardiyono Kaget Rasakan Guncangan Gempa

Kemis belum memiliki rencana uang senilai Rp28,5 juta yang diperoleh dari hasil kejahatannya akan digunakan untuk apa. Dia hanya membelanjakan sebagaian kecil untuk membeli satu unit telepon seluler. Uang itu masih tersisa Rp22,5 juta. Dia ingin menabungnya terlebih dahulu. Belum kesampaian menabung dia sudah ditangkap dan uang bagiannya disita polisi sebagai barang bukti.

Sementara itu, Warno mengaku tak tahu banyak soal A. Dia mengaku juga baru mengenalnya. Dia menyanggupi untuk bekerja sama dengan A karena tergiur uang senilai Rp100 juta yang akan dibagi.

Kapolres menyampaikan penyidik masih mendalami kasus tersebut. Penyidik tidak begitu saja percaya keterangan kedua tersangka. Kapolres bahkan menyebut kedua tersangka dan A sudah seperti sindikat. Hal yang masih perlu diungkap, seperti hubungan mereka dengan A. Menurut Kapolres, bukan tidak mungkin aksi kejahatan serupa dilakukan A di daerah-daerah lain.

“Kami akan berkoordinasi dengan Polres-Polres di Jawa Tengah dan Polda Jawa Tengah untuk menelusuri ada tidaknya korban lain,” ulas Kapolres.

Kasus bermula ketika Yakop mengenal A, tersangka utama. A mengaku bisa mencarikan orang yang bisa menggandakan uang. A menyampaikan berbagai cerita untuk meyakinkan korban. Setelah itu Yakop ingin menggandakan uangnya senilai Rp100 juta.

A menjanjikan bisa menggandakan uang Yakop lima kali lipat. Selanjutnya A mengajak kerja sama Warno. Selanjutnya Warno menggandeng kakak iparnya, Kemis untuk melengkapi peran sandiwara penggandaan uang.

“A bilang kepada korban bahwa penggandaan uang harus di Wonogiri. Selanjutnya disepakati pertemuan di Wonogiri,” kata Kapolres didampingi Kasatreskrim, AKP Supardi dan Kepala Seksi Hubungan Kemasyarakatan (Kasi Humas), AKP Suwondo.

Yakop datang ke Kabupaten Wonogiri bersama temannya, Sopian. Kemudian dia bertemu A dan Warno. Warno mengaku bernama Heri saat bertemu korban.

Lalu mereka masuk salah satu hotel di kawasan kota Wonogiri dengan memasan dua kamar, Senin (25/10/2021). Pagi harinya, Selasa pukul 08.00 WIB, A dan Warno mengajak Yakop menjemput Kemis. A dan Warno mengatakan kepada Yakop bahwa yang ingin dijemput bernama Wali.

Setelah menjemput Kemis mereka kembali ke hotel. Sesampainya di hotel Yakop menyerahkan uangnya senilai Rp100 juta kepada Kemis. Kemudian Kemis menggelar ritual dengan sarana bunga mawar/setaman dan sesajen.

“Uang korban dimasukkan ke kantong plastik yang sudah ada bunga dan sesajen. Setelah ritual selesai Kemis bilang kepada korban uang sudah digandakannya lima kali lipat. Uang itu ada di dalam kantong plastik. Lalu Kemis menyerahkan kantong plastik itu kepada Yakop,” ulas Kapolres.

Yakop dilarang membuka kantong plastik tersebut. Orang yang boleh membukanya hanya teller atau petugas bank. Kemudian Yakop bersama temannya, Sopian, di antar Warno membawa kantong plastik itu ke salah satu bank swasta di Kabupaten Wonogiri.

Sedianya Yakop ingin menyimpan uangnya itu di bank tersebut. Setelah dibuka Yakop sangat kaget karena plastik tersebut hanya berisi uang Rp400.000 dicampur potongan kertas berwarna merah muda sewarna uang pecahan Rp100.000.

“Sesaat setelah itu korban langsung menghampiri Warno yang menunggu di luar bank. Tapi Warno sudah kabur. Tersangka Kemis dan A juga sudah kabur.

Load More