SuaraSurakarta.id - Kota Solo memiliki daya tarik pariwisata. Sebagai kota budaya, solo juga memiliki alat transportasi yang menjadi sarana untuk berwisata. Salah satunya adalah sepur kluthuk Jaladara.
Menyadur dari Solopos.com, Kereta uap (steam loco) atau lebih dikenal dengan sebutan sepur kluthuk Jaladara Solo kembali beroperasi setelah kurang lebih setahun terakhir terpaksa dikandangkan gara-gara pandemi Covid-19.
Perjalanan perdana pada Sabtu (16/10/2021) melayani sekitar 50 wisatawan dari Surabaya. Berdasarkan catatan, 12 tahun sudah kereta uap ini melayani sekaligus menjadi ikon pariwisata Kota Solo.
Kereta wisata ini diresmikan penggunaannya oleh Menteri Perhubungan Jusman Syafi’i Djamal pada 27 September 2009. Saat itu, Kota Solo masih dipimpin Wali Kota Joko Widodo (Jokowi) yang saat ini menjabat Presiden RI.
Baca Juga: Sering Bikin Lidah Keseleo, 7 Destinasi Wisata Ini Masih Kerap Salah saat Diucapkan
Sebelum terpaksa berhenti beroperasi gara-gara pandemi Covid-19 yang merebak pada Maret 2020 lalu, sepur kluthuk Jaladara hampir setiap akhir pekan membawa wisatawan menyusuri rel di Jl Slamet Riyadi Solo.
Kereta itu menempuh jarak 5,6 km dari Stasiun Purwosari hingga Stasiun Solo Kota di Kelurahan Sangkrah, Pasar Kliwon. Pada awal pengoperasian, perjalanan wisata sepur kluthuk Jaladara dilayani menggunakan Lokomotif Uap C1218 buatan Jerman pada 1896.
Lalu mulai, 6 Februari 2020, lokomotif itu diganti menggunakan Lokomotif Uap D1410 buatan Jerman pada 1921. Untuk naik kereta uap ini, wisatawan tidak bisa membeli tiket perorangan atau eceran.
Menggeliatkan Sektor Wisata
Sepur kluthuk Jaladara Solo hanya melayani sistem carter dengan tarif Rp3,5 juta untuk sekali trip selama tiga jam. Biaya ini dipergunakan untuk bahan bakar berupa kayu jati serta operasional masinis dan asisten masinis yang menjalankan kereta tersebut.
Baca Juga: Kemenhub Mengkaji Aturan Pembangunan Bandara Perairan
Sepanjang perjalanan dengan rute dari Stasiun Purwosari ke Stasiun Solo Kota, kereta berhenti di dua lokasi yakni Rumah Dinas Loji Gandrung dan Kampung Batik Kauman. Sebelum pandemi, kereta ini berhenti di beberapa lokasi lain seperti kampung batik Laweyan, Pasar Pon, dan Keraton Solo.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Desa Wisata Pentingsari, Pariwisata Edukasi untuk Mempelajari Budaya Jawa
-
Kota Solo Meminta Jadi Daerah Istimewa, Begini Pendapat Ganjar Pranowo
-
Masuk Usulan Jadi Daerah Istimewa, Begini Sejarah Panjang Terbentuknya Kota Solo yang Kaya Budaya
-
Soal Usulan Kota Solo Jadi Daerah Istimewa, Mendagri: Apa Alasannya?
-
Menilik Persona Paniai, Disebut-sebut sebagai Danau Terindah di Tanah Papua
Terpopuler
- Joey Pelupessy Mengeluh Usai Bela Timnas Indonesia: Saya Tidak Bisa...
- Selamat Tinggal Denny Landzaat, Bisa Cabut dari Patrick Kluivert
- Timnas Indonesia Segera Punya Striker Naturalisasi Baru? Penyerang Gesit Haus Gol
- FIFA Larang Penyerang Ini Bela Timnas Indonesia, Padahal Setuju Dinaturalisasi
- Hibah Tanah UNY Jadi Penyesalan? Pemkab Gunungkidul Geram Atlet Ditarik Biaya
Pilihan
-
Bali Blackout, Update Terkini Listrik di Pulau Dewata Padam
-
Sekolah Perintis Peradaban Magelang: Mengajar Anak Menjadi Tuan atas Diri Sendiri
-
Prabowo Bakal Kenakan Tarif Pajak Tinggi Buat Orang Kaya RI
-
Ahmad Dhani Hubungi Rayen Pono usai Dilaporkan, tapi Bukan Ngajak Damai Malah Meledek: Arogan!
-
6 Rekomendasi HP Mirip iPhone, Mulai Rp 1,1 Jutaan Terbaik Mei 2025
Terkini
-
SBY dan AHY Dijadwalkan Dukung Langsung Jakarta LavAni di Sritex Arena
-
Jadi Kuasa Hukum Jokowi, Ini Sederet Prestasi Pengacara Muda Yakup Hasibuan
-
Pastikan SPBU Pucangsawit Tak Tercampur Air, Ini Dugaan Masalahnya
-
LAGI! Pertalite Diduga Tercampur Air di Solo, Motor Warga Karanganyar Mogok
-
Link Saldo DANA Kaget, Persiapan untuk Tambahan Cuan Akhir Pekan