Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Rabu, 13 Oktober 2021 | 17:00 WIB
Pesilat asal Klaten, Khoirudin Mustakim (tengah) seusai menyumbang medali emas pada cabang olahraga pencak silat Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua untuk Jawa Tengah, Selasa (12/10/2021). [Solopos.com/Istimewa/Dok. Darmadi]

SuaraSurakarta.id - Prestasi tinggi diraih atlet asal Kabupaten Klaten di ajang PON XX Papua, Khoirudin Mustakim.

Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo itu mempersembahkan medali emas untuk Jawa Tengah dari cabang olahraga pencak silat nomor kelas B (50-55 kg) putra.

Emas di PON bukan medali pertama yang diraih Mustakim. Medali-medali itu terutama dimenangkan Mustakim sejak 2018.

Pada Desember 2018, Mustakim meraih medali perak pada ajang World Pencak Silat Championship 2018 di Singapura.

Baca Juga: Sepakbola PON Papua: Ricky Ricardo Mantap Puncaki Daftar Top Skor

Selain itu, dia juga peraih medali perak SEA Games 2019 di Manila. Dia juga meraih medali emas di World Beach Pencaksilat Championship 2019 di Thailand.

Mustakim juga meraih emas pada ajang Belgia Open 2019. “Untuk teman-teman atlet lainnya, terus berjuang untuk diri sendiri dan asal daerahmu serta jangan menyerah,” kata dia.

Meski bergelimang prestasi, namun atlet yang tinggal Dukuh Jurangkajong, Desa Karangpakel, Kecamatan Trucuk, Klaten itu terkenal rendah hati.

Bahkan Mustakim sering mencari rumput atau ngarit untuk pakan ternak.

Kakak Mustakim, Fitri (30) menceritakan, mengatakan adiknya menggeluti pencak silat sejak usia SMP bergabung dengan Persinas Asad.

Baca Juga: Papua vs Aceh, Berikut Jadwal Final Sepak Bola PON Papua 2021

Awalnya, orang tua Mustakim terutama Samiyem melarang anaknya belajar pencak silat lantaran tak ingin anaknya terluka.

Namun, hati Paini-Samiyem luluh setelah sang pelatih meyakinkan Mustakim memiliki potensi besar untuk menjadi juara.

“Sampai Pak Abdullah (pelatih Mustakim) datang ke rumah untuk meyakinkan bapak-ibu,” kata Fitri diwartakan Solopos.com--jaringan Suara.com, Selasa (12/10/2021).

Sang kakak memaparkan, adiknya tak banyak neka-neka meski sudah menjadi pesilat dunia. Mustakim tetap rendah hati dan sayang kepada keluarga.

Ketika di rumah, Mustakim masih suka ngarit. Mustakim kerap mengajak ibunya ngarit ke berbagai tempat yang biasa mereka datangi untuk mencari rumput.

Fitri menuturkan dari berbagai kejuaraan, Mustakim memilih menggunakan hadiah yang dia terima untuk tabungan termasuk membeli sejumlah ternak seperti sapi, kambing, dan ayam. Lantaran hal itu, Mustakim giat ngarit ketika pulang.

Mustakim membenarkan menjanjikan berlari dari Salatiga ke Klaten setelah pulang PON membawa medali emas. Dia juga membenarkan jika selama ini masih suka ngarit ketika pulang ke Klaten.

“Ya benar. masih memberi pakan ternak. karena saya senang memelihara ternak seperti sapi dan ayam,” kata Mustakim saat dihubungi Solopos.com, Selasa.

Load More