SuaraSurakarta.id - Pikun atau mengalami hilang ingatan menjadi masalah yang dialami setiap lansia. Namun yang terjadi saat ini, pikun juga dialami orang-orang diusia produktif.
Pernah Anda berada di sebuah pesta dan tidak dapat mengingat nama orang yang Anda ajak bicara? Atau harus mengobrak-abrik rumah demi mencoba menemukan kunci kendaraan Anda? Pikiran pertama yang mungkin muncul, "Apa yang salah dengan saya?" dan "Mungkinkah saya mengembangkan Alzheimer dini atau hilang ingatan padahal belum memasuki usia pralansia apalagi lansia?"
Menurut pakar psikiatri dari Hackensack University Medical Center in New Jersey, Gary Small, MD gangguan memori atau hilang ingatan semacam ini dapat terjadi pada usia berapa pun dan bisa muncul sejak usia 20 tahun-an.
Salah satu penyebabnya, seperti dikutip dari Livestrong, Minggu (26/9/2021) yakni volume otak menyusut. Ingatan secara alami menurun sekitar 2 persen setiap dekade kehidupan, yang berarti ingatan Anda akan lebih buruk pada usia 30 tahun daripada pada usia 20 tahun.
Baca Juga: Kakek Bawa Uang Ratusan Juta dan Emas Seperempat Kg, Ditemukan Pikun Lupa Jalan Pulang
"Ini karena menyusutnya hippocampus Anda, bagian otak Anda yang menyimpan ingatan," ujar ahli saraf Majid Fotuhi, MD, PhD, di NeuroGrow Brain Fitness Center di McLean, Virginia.
Faktor lainnya, kondisi kesehatan lainnya yang mempengaruhi memori seperti tekanan darah tinggi. Masalah ini terutama di usia paruh baya dikaitkan dengan risiko demensia yang lebih tinggi di kemudian hari, menurut American Heart Association.
Hipertensi yang tidak diobati menyempitkan dan menyumbat arteri di berbagai organ termasuk di otak Anda, kata Dr. Fotuhi.
Kolesterol tinggi juga beracun bagi otak Anda, memicu pembentukan protein amiloid-beta, yang berhubungan dengan perkembangan penyakit Alzheimer, menurut studi dalam Nature Chemistry pada tahun 2018.
Kondisi lain, seperti sleep apnea atau depresi yang tidak diobati, juga dapat mengganggu otak Anda.
Baca Juga: TOLONG! Kakek Tersesat di Pali tapi Bawa Uang Tunai Rp 150 Juta
Di sisi lain, ada juga perubahan hormon. Anda khususnya kaum hawa mungkin menyadari diri Anda menjadi pelupa saat hamil, atau di usia 40-an atau 50-an saat mengalami menopause.
Dr. Small mengatakan ini karena penurunan sementara estrogen. Namun, begitu hormon Anda kembali normal, maka ingatan Anda juga akan kembali normal.
Kabar baik untuk otak seiring bertambahnya usia
Sebenarnya, beberapa bagian otak Anda berfungsi lebih baik seiring bertambahnya usia. Walau memori jangka pendek mulai turun sekitar usia 35 tahun, tetapi kecerdasan atau akumulasi fakta dan pengetahuan memuncak pada akhir usia 60-an atau awal 70-an, menurut sebuah studi Harvard dalam Psychological Science pada tahun 2015.
"Ini sangat berbeda dari apa yang kita harapkan, katakanlah 30 tahun yang lalu. Generasi Baby Boomers, lebih cenderung berpendidikan tinggi, pekerjaan yang melibatkan banyak membaca dan berpikir, dan secara umum lebih dirangsang secara intelektual," kata Dr. Small.
Sementara orang yang lebih muda mungkin dapat mengingat sesuatu dengan lebih cepat atau memahami konsep baru lebih cepat, orang yang lebih tua memiliki keuntungan karena mereka terkadang dapat mengambil jalan pintas.
"Semakin tua Anda, semakin besar kemungkinan Anda memanfaatkan pengalaman masa lalu atau jejaring sosial yang luas untuk memecahkan masalah," kata Dr. Small.
Kiat jaga memori seiring usia
Ada sejumlah cara yang direkomendasikan para pakar kesehatan untuk membantu mendukung memori yang sehat seiring bertambahnya usia. Pertama, rajin berolahraga.
"Sepertiga dari otak Anda terdiri dari pembuluh darah, jadi tidak mengherankan jika ada hubungan antara kebugaran fisik dan volume otak," kata Dr. Fotuhi.
Penelitian pada Februari 2011 lalu di PNAS menemukan, orang dewasa yang melakukan jalan cepat selama 40 menit tiga kali seminggu selama setahun, hippocampusnya tumbuh sekitar 2 persen. Hipocampus biasanya menyusut sekitar 0,5 persen per tahun.
Menurut Dr. Fotui, orang-orang dalam studi itu pada dasarnya tak mengalami penuaan otak selama empat tahun.
Sebuah studi pada Juni 2017 dalam The Journals of Gerontology: Series A menemukan hubungan antara aktivitas fisik yang rendah dan risiko demensia. Para peneliti melakukan pemindaian MRI pada sekitar 2.000 orang yang berusia lebih dari 60 tahun. Mereka menemukan, semakin aktif seseorang maka semakin besar hippocampusnya.
"Tidak ada kata terlambat untuk mulai (berolahraga)," kata Dr. Fotuhi.
Kedua, batasi duduk terutama disiang hari saat Anda harusnya cenderung aktif secara fisik. Sebuah studi April 2018 yang diterbitkan oleh Dr. Small di PLOS One mengamati orang dewasa berusia antara 45 dan 75 tahun. Hasilnya, mereka yang duduk selama tiga hingga tujuh jam setiap hari mengalami penipisan substansial pada lobus temporal medial yakni otak yang membentuk memori baru. Ini biasanya mendahului demensia.
Cara berikutnya, batasi stres karena hal ini racun bagi sel-sel otak. Dr. Fotuhi menuturkan, stress bisa menyusutkan korteks prefrontal dan hipokampus atau kedua area otak yang bertanggung jawab untuk memori.
Sebuah tinjauan studi dalam BMJ Open pada April 2018 dengan hampir 30.000 orang partisipan selama setidaknya 10 tahun menemukan, orang yang melaporkan kecemasan signifikan secara klinis lebih mungkin mengembangkan demensia di kemudian hari.
Sebenarnya, meditasi atau yoga dapat membantu. Satu studi UCLA pada Mei 2016 dalam Journal of Alzheimer's Disease menunjukkan, satu jam yoga meditatif seminggu sekali serta 20 menit meditasi di rumah bisa meningkatkan memori verbal (diukur dengan kemampuan mengingat daftar kata) dan memori visual-spasial (diukur dengan kemampuan menemukan dan mengingat lokasi). Penelitian ini melibatkan orang-orang berusia di atas 55 tahun.
Di sisi lain, cobalah mendapatkan waktu tidur berkualitas yang cukup. Saat Anda tertidur lelap, otak sibuk memperkuat koneksi antara sel-selnya, mentransfer info dari hippocampus ke neokorteks.
"Proses ini pada dasarnya menggeser ingatan dan keterampilan ke wilayah otak yang lebih efisien sehingga menjadi lebih stabil dan Anda dapat dengan mudah mengingatnya,”kata Dr. Small.
Tidur juga memungkinkan otak Anda untuk membersihkan limbah yang meningkatkan risiko Alzheimer.
Jika Anda sulit tidur, cobalah menghindari meminum obat tidur, karena bisa berisiko 50 persen mengembangkan Alzheimer, menurut tinjauan Januari 2019 di Journal of Clinical Neurology.
Studi dalam Journal of American Geriatrics Society pada November 2017 menemukan hubungan antara penggunaan jangka panjang pil tidur zolpidem dan Alzheimer.
Sebaliknya, latih kebiasaan tidur yang baik, termasuk pergi tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari dan menghindari waktu menatap layar seperti ponsel atau televisi beberapa jam sebelum tidur.
[ANTARA]
Berita Terkait
Terpopuler
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Seharga Raize tapi Mesin Sekelas Innova: Yuk Simak Pesona Toyota Frontlander
- Eliano Reijnders Ungkap Rencana Masa Depannya, Berniat Susul Tijjani Reijnders
- Bayern Munchen Pampang Foto Nathan Tjoe-A-On, Pindah ke Bundesliga Jerman?
- Crazy Rich Kalimantan, Begini Mewah dan Mahalnya Kado Istri Haji Isam untuk Ulang Tahun Azura
Pilihan
-
Viral Pertamax Dituding Jadi Biang Rusaknya Fuel Pump Mobil, ITB Sampai Dipanggil
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
-
Diskusi OIKN dan BPK RI: Pembangunan IKN Harus Berlanjut dengan Tata Kelola yang Baik
-
1.266 Personel Diterjunkan, Polres Bontang Pastikan Keamanan di 277 TPS
-
Masa Tenang, Tim Gabungan Samarinda Fokus Bersihkan Alat Peraga Kampanye
Terkini
-
Urban Fashion 2024: Hadinata Batik Tampilkan Batik yang Instagramable
-
Sederet Kiai NU Jateng Ramai-ramai Temui Jokowi di Solo Jelang Coblosan, Ini yang Dibahas
-
5 Alasan Kenapa Kamu Harus Nyoblos di Pilkada Serentak 2024!
-
Gojek Permudah Mobilitas Warga Solo dengan Shelter Mangkunegaran
-
Bekuk Pelaku Penyalahgunaan Narkoba, Polres Sukoharjo Sita Barang Bukti 103,53 Gram Sabu