Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Kamis, 29 Juli 2021 | 17:17 WIB
Fitriani menunjukkan klepon buatannya di Solo. [Suara.com/ist]

SuaraSurakarta.id - Indonesia kaya akan makanan tradisional yang lezat, termasuk dari Kota Solo, Jawa Tengah.

Termasuk jajanan pasar bernama klepon. Seperti diketahui, klepon adalah salah satu jajanan pasar yang bentuknya bulat kecil, berwarna hijau, kenyal, manis, berisi gula merah, dan disajikan dengan parutan kelapa.

Cara membuat klepon memang identik dengan trik-trik tradisional. Sehingga rasanya masih tetap otentik sampai sekarang.

Tak butuh waktu lama untuk membuat klepon, cukup luangkan 30 menit untuk membuat camilan tradisional Indonesia ini.

Baca Juga: Ngakak! Isian dan Daun Pisang Dipisah, Pelanggan Harus Rakit Lemper Sendiri

Salah satunya adalah Fitriani. Perempuan berparas cantik yang tinggal di Jalan Nusa Indah X, Punggawan, Banjarsari, Solo merupakan pelopor jajanan tersebut yang dinamami 'Klepon Mama Fitri'. Bagi penggemar jajanan tradisional di Soloraya, sosok Fitriani memang sudah tak asing lagi.

"Memang resep racikan sendiri. Bahan dasarnya sama seperti tepung ketan, isinya gula arennya dijamin lumer dan nyeprot," ungkapnya saat berbincang dengan Suarasurakarta.id, Kamis (29/7/2021).

Cara membuatnya pun cukup mudah. Tepung ketan dan air hangat yang sudah dicampur pasta pandan, diaduk rata atau uleni ringan dengan tangan. 

Rebus dalam air mendidih, jika sudah mengapung biarkan dulu kira-kira 3 menit agar bagian dalam juga benar-benar matang. Kemudian angkat dan langsung gulingkan di kelapa parut yang sidah dikukus tadi siap untuk disajikan.

Sosok yang akrab dispa Fitri itu memaparkan, dirinya belajar membuat klepon secara otodidak. 

Baca Juga: Panas! Unjuk Rasa Soloraya Menggugat Selamatkan KPK di Kartasura Dibubarkan Polisi

"Yang pasti tanpa bahan aneh-aneh. Dengan pewarna alami endapan jus daun pandan untuk warna hijaunya. Itu lebih aman," tuturnya.

Hanya saja, Fitri menjelaskan perbedaan dan ciri khas mencolok dari klepon buatannya adalah ukuran dan tekstur yang lebih besar.

"Jadi kleponnya lebih besar,lebih empuk,kenyal,isi gula arennya banyak,taburan kelapanya juga banyak. Kemudian awet sampai besoknya Insya Allah tidak basi dan dijamin bersih," kata dia.

Dia menceritakan, awalnya dirinya tertarik membuat klepon sejak awal pandemi Covid-19 lalu. Kebetulan, dirinya yang juga guru les berenang sepi ordernan lantaran hantaman pandemi.

"Itu juga pas ada hoax klepon tidak Islami juga. Saya coba iseng-iseng terus saya foto dan unggah di Whatsapp story. Ehh malah banyak yang pesan," ucap dia.

"Akhirnya malah banyak pesanan bahkan sampai sepekan full. Sehingga sehari hanya saya batasi 25-30 besek saja," tambah Fitri.

Satu besek atau tempat dari bambu berisi 20 klepon itu dijual Rp 25 ribu.

Load More