SuaraSurakarta.id - Kasus Covid-19 di Kabupaten Sragen sudah menyasar ke anak-anak. Sebanyak tujuh anak dinyatakan positif Covid-19
Dilansir dari Solopos.com, tujuh anak positif Covid-19 itu dirawat di dua rumah sakit. Rinciannya empat anak dirawat di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen (RSSP) dan tiga anak di RSUD dr. Soeratno Gemolong, Sragen.
Wakil Direktur Pelayanan dan Mutu RSSP Sragen, dr. Joko Haryono, menyampaikan ada empat orang anak-anak yang terkonfirmasi positif Covid-19 dirawat di RSSP Sragen.
Joko menyebut empat orang anak itu terdiri atas seorang bayi, seorang bocah berumur 1 tahun, anak berumur 11 tahun, dan satu lagi berumur 14 tahun.
Pasien anak yang terpapar Covid-19 itu dirawat di ruang isolasi pasien Covid-19 khusus anak-anak.
“Mereka dirawat di ruang isolasi. Total pasien terkonfirmasi Covid-19 yang dirawat di RSSP sebanyak 127 orang, yakni 95 orang di ruang isolasi, 17 orang di ruang ICU Covid-19, dan 15 orang antre di Instalasi Gawat Darurat (IGD),” ujarnya, Senin (28/6/2021).
Direktur RSUD dr. Soeratno Gemolong, dr. Agus Trijono, menyampaikan ada tiga pasien covid-19 anak-anak yang dirawat di bangsal khusus anak-anak. Dia tidak bisa menyebutkan rinciannya tetapi yang jelas berumur 0-18 tahun.
Isolasi Mandiri
Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati menyampaikan anak-anak yang terpapar Covid-19 juga ada yang isolasi mandiri di Technopark Sragen.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Ridwan Kamil: Tak Ada Wacana Lockdown di Jabar
Selain itu, ujar dia, ada pula anak-anak yang isolasi mandiri bersama orang tuanya di rumah karena memang klaster keluarga.
“Ketika bapak, ibu, dan anak dalam satu keluarga terkonfirmasi ya dibolehkan isolasi di rumah karena tidak ada orang lain. Selain itu, ibu hamil, warga stroke, juga dikecualikan untuk tidak isolasi di Technopark,” ujarnya.
Untuk tahun ajaran baru, Bupati belum mengizinkan pembelajaran tatap muka karena masih zona merah.
Yuni meminta pembelajaran tetap online karena yang penting anak-anak selamat dulu mengingat Sragen masih zona merah. Dia meminta anak-anak justru diajari perilaku baik dan benar dalam protokol kesehatan.
“Anak diajari jaga jarak bisa memahami tetapi orang tuanya yang justru tidak paham. Saat jemput anak malah berkerumun sambil jagongan. Perilaku masyarakat inilah yang tidak mudah untuk diubah karena mereka ini sebenarnya hulu dari potensi persebaran Covid-19 itu,” katanya.
Yuni berpendapat seberapa pun tempat tidur pasien Covid-19 disiapkan kalau masyarakat tidak memahami maka sulit untuk pencegahannya, termasuk pejabat publik dari Bupati sampai kepala desa harus menjadi contoh.
Berita Terkait
Terpopuler
- Sahroni Ditemukan Tewas, Dikubur Bersama 4 Anggota Keluarganya di Halaman Belakang Rumah
- Pratama Arhan dan Azizah Salsha Dikabarkan Rujuk, Ini Penjelasaan Pengadilan Agama Tigaraksa
- Link Resmi Template Brave Pink Hero Green Lovable App, Tren Ubah Foto Jadi Pink Hijau
- Penuhi Tuntutan Demonstran, Ketua DPRA Setuju Aceh Pisah dari Indonesia
- Presiden Prabowo Tunjuk AHY sebagai Wakilnya ke China, Gibran ke Mana?
Pilihan
-
Video Ibu Jilbab Pink Maki-maki Prabowo dan Minta Anies Jadi Presiden: Deepfake?
-
Bisnis Riza Chalid Apa Saja? Sosok Koruptor Berjulukan The Gasoline Godfather
-
ASI Itu Bodyguard, Vaksin Itu Sniper: Kenapa Bayi Butuh Dua-duanya, Bukan Cuma Salah Satunya!
-
5 Rekomendasi HP Murah Baterai Awet di Bawah Rp 2 juta, Tahan Seharian! Terbaik September 2025
-
4 Rekomendasi HP Murah di Bawah Rp 2 juta dengan Spek Dewa! Terbaik September 2025
Terkini
-
Mahasiswa dan Pelajar Muhammadiyah Gelar Aksi Damai, Ada Cek Kesehatan Gratis hingga bagi Sembako
-
Tegas! Wali Kota Batasi Event di Solo Selesai Jam 10 Malam, Ini Alasannya
-
Geger Sopir Bank Diduga Bawa Kabur Uang Rp 10 Miliar, Ini Kronologinya
-
Objek Vital di Solo Masih Dijaga Aparat, Buntut Aksi Berlangsung Ricuh
-
3 Anak Ditangkap Gara-gara Bawa Bom Molotov, Belajar Merakit Lewat Video