Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Sabtu, 08 Mei 2021 | 13:18 WIB
Sejumlah narapidana menangis di pangkuan sang ibu dalam penutupan pesantren kilat di Rutan Kelas IA Surakarta, Sabtu (8/5/2021). [Suara.com/Budi Kusumo]

SuaraSurakarta.id - Rutan Kelas IA Surakarta menutup rangkaian pesantren kilat di aula setempat, Sabtu (8/5/2021).

Ada momen menarik nan penuh haru saat seremoni penutupan agenda rutin selama Ramadhan tersebut. Adalah ketika pihak Rutan Surakarta secara diam-diam menghadirkan orang tua narapidana terpilih.

Yang dimaksud terpilih adalah warga binaan yang masuk kriteria penilaian bagus mulai cara mengaji, hingga tingkat partisipasi mengikuti pesantren kilat.

Salah satunya adalah Wahyudi. Tangis narapidana dengan tubuh penuh tato itu pecah di pangkuan sang ibu.

Baca Juga: Raffi Ahmad dan Kaesang Jadi Inspirasi Sriwijaya FC Dekati Atta Halilintar

"Saya senang, sekaligus kaget saat melihat orang tua saya juga turur hadir dalam penutupan pesantren kilat," ungkapnya lirih.

Wahyudi yang narapidana kasus narkoba terharu, saat Kepala Rutan Kelas IA Surakarta, Urip Dharma Yoga memberikan hadiah atas reward nilai baik saat dirinya mengikuti pesantren kilat.

Setelah pengumuman itu, tiba tiba hadir otang tuanya yang semakin tambah rasa senang Wahyudi. Tak hanya itu, dalam acara penutupan pesantren kilat itu, pihak panitia juga memberikan sesi sungkeman dan bilas alas kaki orang tua. 

Isak tangispun kembali pecah saat para narapidana yang mendapat reward tersebut membilas kaki orang tuanya.

"Tidak menyangka dalam acara ini bertemu dengan orang tua saya. Saya tadi memnilas kaki ibu saya. Saya berjanji jika keluar dari rutan akan menjalani hidup yang lebih baik," ujar dia.

Baca Juga: Astaga, 78 Anjing Diselundupkan ke Solo untuk Dimasak, 10 Diantaranya Mati!

"Ibu selalu berpesan, terus istiqomah, sabar, terus beribadah," tambah Wahyudi.

Semantara Urip Dharma Yoga sengaja melakukan acara tersebut setiap tahun untuk memberikan dampak positif bagi narapidana mengisi bulan Ramadhan dengan mengikuti pesantren kilat.

"Alhamdulilah, pesantren kilat ini kita tutup pada hari ini.  Kami pilih 10 dari 100 peserta santri terbaik kami berikan reward hal tersebut kita nilai dari tingkat keikutsertaan, keseriusan, disiplin," terangnya. 

"Selain membaca Alquran dihadapan peserta dan petugas, kita hadirkan juga secara diam diam orang tua ke 10 peserta yang mendapatkan reward," jelas Urip.

Demi tetap menjaga prokes, pihak panitia atau rutan juga sebelumnya melakukan rapid test terhadap peserta dan orang tua yang hadir.

"Kami juga terkejut terkesima, karena kami memiliki rasa yang sama seperti warga binaan juga. Karena hadirnya orang tua membikin rasa yang sama mengrtuk hati kita untuk kembali kejalan yang benar," pungkasnya.

Kontributor : Budi Kusumo

Load More