SuaraSurakarta.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Solo terus berupaya untuk mengendalikan virus Covid-19 di Kota Solo. Apalagi di daerah Soloraya khusus Kota Solo sempat terjadi lonjakan kasus Covid-19.
"Kita upayakan pembatasan dan pendisiplinan, terutama pemudik dan pendatang," ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Solo, Ahyani saat ditemui, Senin (26/4/2021).
Ahyani menilai jika masyarakat sudah mulai abai dengan protokol kesehatan. Kalau berada di kerumunan masker dipakai dan itu sangat penting sebenarnya, padahal itu sangat berbahaya.
"Kalau sendiri tidak masalah.Tapi kalau sudah di kerumunan orang-orang yang berinteraksi harus disiplin dan menerapkan protokol kesehatan, masker dipakai kalau perlu dobel pemakaiannya," ungkap Ketua Satuan Gugus Tugas Covid-19 Solo ini.
Menurutnya, kelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbasis mikro tidak berpengaruh. Pembukaan gedung film atau kegiatan instansi pemerintah tidak masalah karena menjaga protokol kesehatan.
"Itu tidak berpengaruh terhadap kasus lonjakan Covid-19. Pengaruhnya itu karena masyarakat abai, itu semua memang berpotensi tapi kalau kita di masyarakat tetap disiplin protokol kesehatan saya pikir bisa mengurangi," papar dia.
Ahyani memperkirakan ini merupakan euria vaksinasi, masyarakat juga mulai bosan. Tapi langkah masyarakat harus hati-hati jangan sampai seperti kasus India.
"Di sana malah ada strain baru. Sebab deteksinya kadang tidak bisa dengan Reagen yang sekarang. Tapi kita insidentil saja," sambungnya.
Pemkot Surakarta mendorong masyarakat agar tetap patuh dalam penerapan protokol kesehatan mulai dari memakai masker, jaga jarak, dan mengurangi interaksi dengan banyak orang mengingat Covid-19 belum reda.
Baca Juga: Tekan Kasus Covid-19, Pemkot Bogor Siapkan Opsi Ganjil-Genap
"Kita perketat pengawasan prokes, bukan hanya dari pemerintah namun juga dari masyarakatnya. Giat razia akan dimaksimalkan,” tegas
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Solo, Siti Wahyuningsih mengatakan masyarakat memang untuk protokol kesehatan (prokes) masih sering diabaikan.
"Ini yang saya harus hati-hati juga, mudik lebaran ini loh. Kan banyak OTG dan orang itu gini, kalau PCRnya positif baru merasa positif tapi kalau rapid antigennya positif rumangsane ora opo-opo, padahal kalau rapid antigen positif ya itu positif, risiko menular," ujar dia.
Menurutnya, yang bahaya itu orang OTG. Jadi rapid antigennya positif ya itu positif dan potensi menularkan, kalau rapid antigen positif terus masuk di PCR hasilnya positif.
"Adanya kerumunan tanggung jawab kita bersama, seperti buka bersama terus mohon maaf, ini kan potensi, tarawih bareng. Protokol kesehatan benar-benar harus diterapkan, ini tanggung jawab semuanya untuk melindungi diri sendiri dan melindungi orang lain," tandasnya.
Kontributor: Ari Welianto
Berita Terkait
Terpopuler
- 1 Detik Pascal Struijk Resmi Jadi WNI, Cetak Sejarah di Timnas Indonesia
- Pemain Arsenal Pilih Bela Timnas Indonesia Berkat Koneksi Ayahnya dengan Patrick Kluivert?
- Pelatih Belanda Dukung Timnas Indonesia ke Piala Dunia: Kluivert Boleh Ambil Semua Pemain Saya
- Setajam Moge R-Series, Aerox Minggir Dulu: Inikah Wujud Motor Bebek Yamaha MX King 155 Terbaru?
- Pemain Keturunan Rp17,38 Miliar Pilih Curacao: Naturalisasi Timnas Indonesia Sulit
Pilihan
-
Data Pribadi RI Diobral ke AS, Anak Buah Menko Airlangga: Data Komersil Saja!
-
Rafael Struick Mandul, Striker Lokal Bersinar Saat Dewa United Gilas Klub Malaysia
-
5 Rekomendasi HP Murah Chipset Snapdragon Kuat untuk Gaming, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED untuk Gaming, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
Vietnam Ingin Jadi Tuan Rumah Piala Dunia, Tapi Warganya: Ekonomi Aja Sulit!
Terkini
-
Rabu Panjang untuk Jokowi: Tiga Jam Diperiksa hingga Dicecar 45 Pertanyaan
-
Penyidik Polda Metro Jaya Bakal Sita Semua Ijazah? Ini Kata Jokowi
-
Profil Yakup Hasibuan: Pengacara Muda yang Dampingi Jokowi di Mapolresta Solo
-
Terungkap! Ini Sederet Ijazah yang Dibawa Jokowi ke Mapolresta Solo
-
Tiba di Mapolresta Solo dengan Senyum Lebar, Jokowi Ucapkan Ini ke Wartawan