SuaraSurakarta.id - Sebuah studi internasional dari University of Helsinki memberikan informasi adanya hubungan gejala depresi dan ketergantungan merokok.
Hasil ini dianggap mendukung pentingnya memahami alasan di balik ketergantungan merokok, agar dapat membantu para perokok untuk berhenti sekaligus meredakan gejala depresi.
Penelitian ini melaporkan bahwa merokok lebih sering terjadi pada orang yang menderita depresi dibanding orang pada umumnya. Mekanisme dari asosiasi antara merokok dan depresi ini, bagaimanapun, masih belum jelas.
Melansir dari Mdlinx, sejauh ini penelitian mengenai hubungan ketergantungan merokok dan depresi masih sangat jarang dilakukan. Studi yang dilakukan ini sendiri berfokus pada faktor motivasi merokok.
Penelitian ini dilakukan lebih dari 1400 populasi Finlandia yang merokok lewat kuesioner. Hasil penelitian tersebut dipublikasikan pada 24 Februari lewat jurnal ilmiah terkenal, Addiction. Studi ini menemukan orang yang ketergantungan merokok lebih mungkin mengalami depresi.
Dari berbagai motif yang telah diteliti, motif merokok di antaranya dengan tingkat keinginan yang tinggi serta merokok yang dianggap dapat mengatur emosi dan serupa dengan gejala depresi.
"Hasil kami menunjukkan bahwa orang yang depresi tidak merokok. Namun, sebaliknya depresi terkait dengan motif ketergantungan utama dan pengaruh dari suasana hati," ungkap Peneliti Senior Maarit Piirtola.
Dalam penelitian ini, tim studi menyingkirkan pengaruh dari keluarga, termasuk genetik, dan memeriksa hubungan antara depresi dan ketergantungan merokok.
Menurut peneliti senior Tellervo Korhonen, yang memimpin penelitian ini, penting untuk memahami alasan dibalik individu yang mempertahankan ketergantungan merokok, sehingga dukungan untuk berhenti merokok yang disesuaikan dapat terlaksana.
Baca Juga: Benarkah Perokok Lebih Terlindungi dari Covid-19? Ini Hasil Penelitiannya
Meski penelitian ini memberikan bukti baru yang kuat terkait hubungan antara ketergantungan merokok dan gejala depresi, namun hal ini dilakukan penelitian lebih lanjut.
"Oleh karena itu, kami tidak dapat menunjukkan mana yang terjadi lebih dulu: ketergantungan merokok atau depresi,” papar Profesor dan Direktur Riset Jaakko Kaprio.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Misteri SK Ketua PDIP Jateng: FX Rudy Definitif Gantikan Bambang Pacul? Teguh Prakosa Buka Suara
-
Warga Solo Merapat! 4 Link DANA Kaget Jumat Berkah, Berpeluang Cuan Rp199 Ribu!
-
Apa Itu Lembaga Hukum Raja? Fondasi Baru PB XIV Jaga Stabilitas Keraton Solo
-
Putri Tertua PB XIII Tegaskan Bebadan Baru Tetap Tunduk Atas Dawuh PB XIV, Ini Tugas dan Fungsinya
-
Era Baru Keraton Solo: PB XIV Purboyo Reshuffle Kabinet, Siapa Saja Tokoh Pentingnya?