Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Minggu, 17 Januari 2021 | 15:40 WIB
Pekerja memberi ornamen kain mori pada peti mati di tempat usaha penjualan peti mati Lingkungan Brajan, Kelurahan Kaliancar, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Sabtu (16/1/2021). (Solopos/Rudi Hartono)

Lantaran tren penjualan naik Maryadi meningkatkan stok. Selama pandemi Covid-19 tahun lalu setiap hari harus ada tambahan tiga unit terbelo yang sudah diberi ornamen kain mori. Pada kondisi normal pengadaan peti mati berkain mori biasanya hanya satu/hari.

Sejak beberapa hari lalu Maryadi sudah memasan peti mati polos atau belum diberi ornamen kain mori dari Solo. Namun, hingga hari itu pesanan belum datang. Informasi yang dia peroleh itu terjadi karena terkendala pengadaan kayu. Di sisi lain pesanan dari berbagai tempat usaha penjualan peti mati di Soloraya juga meningkat.

"Kami tak menaikkan harga. Peti mati biasa kami jual Rp700.000/unit komplit dengan isinya, seperti kain kafan, payung, bedak, sabun, dan lainnya. Kalau yang ukuran jumbo kami jual Rp800.000/unit komplit," imbuh Maryadi.

Pengusaha penjualan peti mati lainnya, Dewi (45) mengatakan peningkatan permintaan terbelo paling banyak dari RSUD Wonogiri. Pada kondisi normal penjualan rata-rata dua hingga tiga unit/pekan.

Baca Juga: Pasien Covid 19 Sumut Bertambah 74 Orang Dalam Sehari

Permintaan dari RSUD belum tentu ada setiap pekan. Selama pandemi Covid-19 tahun lalu permintaan mencapai lima hingga enam unit/pekan. Permintaan dari RSUD naik. Hampir setiap pekan ada permintaan dari RSUD. Dewi memasang harga sesuai harga pasaran.

Load More