SuaraSurakarta.id - Kenaikan kedelai yang cukup signifikan dalam beberapa waktu terakhir membuat para perajin tahun di Kabupaten Klaten merasakan dampak yang besar.
Salah satu perajin tahu Desa Karanganom, Klaten Utara, Klaten, Sri Tawarsih, mengatakan sepekan terakhir harga kedelai impor mencapai Rp9.200/kg, atau jauh lebih tinggi dibandingkan harga normal Rp7.600/kg.
"Dalam satu hari itu saya butuh 70 kg kedelai," kata Sri saat ditemui di rumahnya Dukuh Morangan, Desa Karanganom, dilansir dari Solopos.com jaringan Suara.com, Senin (04/12/2020).
Harga kedelai kali ini paling tinggi sepanjang dia menjadi perajin tahu selama 10 tahun terakhir.
Sri dilematis dengan kenaikan harga kedelai tersebut. Sri tak bisa mengurangi ukuran tahu maupun menaikkan harga tahu.
Selain kenaikan harga kedelai, harga minyak goreng sawit untuk membuat tahu pong jauh lebih dulu melonjak dari Rp180.000 per 17 kg menjadi Rp218.000. Kondisi itu sudah terjadi selama sebulan terakhir.
Agar tetap bisa menutup biaya produksi dan mendapatkan untung, Sri memilih mengurangi takaran kedelai saban menggilingkan bahan sejak sepekan terakhir. Sekitar 0,5 kg kedelai disisihkan dari setiap 10 kg saat digilingkan.
Pengurangan takaran kedelai turut berpengaruh pada bentuk tahu yakni soal ketebalan.
"Ukuran tahunya tetap. Tetapi, ketebalan tahunya yang berkurang. Dari pada kami harus menaikkan harga jual tahu," kata Sri.
Soal keuntungan yang dia peroleh dari produksi tahu, Sri mengaku dalam kondisi normal bisa mendapatkan untung Rp250.000 per hari. Namun, sejak ada kenaikan harga kedelai dia mengaku keuntungannya menurun.
Baca Juga: Harga Kedelai Melambung, Pengrajin Tahu di Bantul Menjerit
Sri berharap pemerintah bisa menurunkan dan menstabilkan harga kedelai impor termasuk harga minyak goreng sawit agar para perajin kecil bisa tetap berproduksi.
"Kalau kedelai terus naik sampai menyentuh harga Rp10.000/kg, kemungkinan kami tidak produksi," paparnya.
Ketua Paguyuban Tahu Sari Putih Desa Karanganom, Maryanto, mengatakan mayoritas perajin tahu di Karanganom tetap berproduksi meski harga kedelai terlampau tinggi."Yang penting saat ini bisa mempertahankan keberlangsungan hidup. Sudah bisa bertahan untuk produksi saja sudah bersyukur," kata Maryanto.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
-
Kunker Dihapus, Pensiun Jalan Terus: Cek Skema Lengkap Pendapatan Anggota DPR Terbaru!
Terkini
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Meneladani Nabi, Ribuan Driver Gojek Doakan Persatuan Indonesia
-
Andika Perkasa dan RX Rudy Masuk Usulan Calon Ketua DPD PDIP Jateng
-
Politisi PAN Klaim Tak Tahu Ada Tunjangan: Itu Porsi dari Pemerintah Pusat
-
Politisi PAN Klaim Tak Tahu Ada Tunjangan: Itu Porsi dari Pemerintah Pusat