Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Senin, 04 Januari 2021 | 10:28 WIB
Salah satu perajin tahu di Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, Klaten, menata tahu hasil produksinya sebelum diolah menjadi tahu pong, Minggu (3/1/2021). (Solopos-Taufiq Sidik Prakoso)

SuaraSurakarta.id - Harga kedelai mengalami kelonjakan harga yang cukup siginifikan dalam beberapa waktu terakhir.

Harga kedelai impor saat ini tercatat Rp 9.200 hingga Rp 10.000 per kilogram (kg). Padahal, harga kedelai sebelumnya berkisar Rp 6.500 sampai Rp 7.000 per kg.

Kondisi itu membuat para pegrajin tahu kelimpungan, termasuk para usaha tahu di Kabupaten Klaten.

Mereka memaksakan diri untuk berproduksi meski dengan kondisi kelimpungan mengingat tingginya harga kedelai.

Baca Juga: Harga Kedelai Melambung, Pengrajin Tahu di Bantul Menjerit

Ketua Paguyuban Tahu Sari Putih Desa Karanganom, Maryanto, mengatakan mayoritas perajin tahu di Karanganom tetap berproduksi meski harga kedelai terlampau tinggi.

"Yang penting saat ini bisa mempertahankan keberlangsungan hidup. Sudah bisa bertahan untuk produksi saja sudah bersyukur," kata Maryanto, dilansir Solopos.com jaringan Suara.com, Senin (04/01/2021).

Maryanto menjelaskan mata rantai usaha tahu sangat panjang. Di Karanganom ada 13 perajin tahu, dan setiap perajin memiliki setidaknya 10 perajin lainnya yang mengolah bahan dari penggilingan kemudian dipasarkan ke para bakul.

Belum lagi para pedagang yang berdatangan ke Karanganom dan saban hari mendistribusikan tahu hasil produksi warga Karanganom ke berbagai daerah.

"Yang kami butuhkan itu kestabilan harga. Selama ini harga kedelai naik-turun tidak stabil," kata dia.

Baca Juga: Harga Kedelai Meroket Berdampak Serius Pada Kelangsungan Usaha

Load More