SuaraSurakarta.id - Seringkali anak sangat percaya dengan perkataan ibunya sehingga diksi atau pilihan kata yang digunakan ibu lebih mudah dipersepsikan anak daripada orang lain, guru atau teman-temannya.
Hal itu diungkapkan oleh Psikolog anak dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia Fabiola Priscilla, M Psi. Ia mengatakan, sang ibu harus hati-hati saat berbicara, agar yang ditiru bukan perkataan yang salah.
"Kata yang paling anak-anak percaya itu perkataan ibunya, ya pak. Makanya ibu harus pintar memilih kata-kata yang positif," kata Fabiola dari ANTARA pada Kamis (7/6/2024).
Fabiola mengatakan anak tidak bisa serta-merta divonis susah belajar, kalau gaya belajar anak saja belum dipahami oleh orang yang mengajarinya.
Baca Juga:Kolaborasi Rumah BUMN BRI Bawa Anak Muda Kreatif Menjadi Pelaku UMKM
"Jadi tidak boleh di awal menghakimi anak lambat belajarnya, kalau kita tidak paham beberapa aspek yang mendukung perkembangan anak," kata Fabiola.
Anak, kata dia, ada yang mesti melalui proses auditori atau mengandalkan pendengaran saat belajar.
Ada juga anak yang mesti melalui proses visual atau mengandalkan penglihatan atau ada juga yang kinestetik, di mana mesti praktik langsung baru bisa belajar.
"Jadi kalau belajar, ada yang harus mendengarkan frekuensi suara gurunya naik-turun dulu agar dia lebih mudah paham. Ada yang visual banget, jadi kalau belajar mesti diwarnai, dibikin bagan-bagan. Repot ya, tapi buat saya yang anak visual senang dengan yang begitu. Terus ada juga anak yang mesti praktik langsung baru mengerti," kata Fabiola.
Menurut Fabiola, anak sudah mulai belajar sejak dia berumur dua tahun. Maka sejak anak berumur dua tahun pula, ibu mulai bisa memonitor pembelajaran anaknya.
Baca Juga:Tampil Lebih Muda Saat Belanja di Distro, Gibran Bikin Salfok: Baru Kali Ini Wapres Dipanggil Mas