Pakar Kesehatan Ingatkan Menopause Tak Perlu Ditakuti, Ini yang Harus Dilakukan

Menopause atau berhentinya siklus menstruasi yang diawali dari setahun pertama, kemudian menetap, biasanya dialami wanita di usia 50 tahunan

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 20 Oktober 2022 | 22:15 WIB
Pakar Kesehatan Ingatkan Menopause Tak Perlu Ditakuti, Ini yang Harus Dilakukan
ilustrasi Menopause atau berhentinya siklus menstruasi yang diawali dari setahun pertama, kemudian menetap, biasanya dialami wanita di usia 50 tahunan (pexels.com/lucaspezeta)

Perubahan hormonal saat menopause sangat berpengaruh pada struktur tubuh, seperti penumpukan lemak jadi berbeda, tekstur kulit berbeda.

Apabila wanita tidak siap menghadapi ini, ditambah adanya persepsi buruk terhadap citra tubuhnya, maka dia cenderung mengalami stres psikologis.

Belum lagi mitos yang beredar di masyarakat terkait menstruasi, salah satunya mempengaruhi kehidupan seksual, menyebabkan wanita ketakutan, sehingga menyebabkan konsekuensi psikologis padanya. Padahal, kondisi menopause itu bukan berarti akan mengurangi keintiman. Kondisi ini bisa diatasi dengan perawatan yang baik.

Di sisi lain, perubahan hormon dapat mengganggu kemampuan kognitif dan mental perempuan di masa menopause. Penurunan kadar estrogen mengganggu pembentukan energi otak akibat disfungsi mitokondria yang diikuti dengan penurunan metabolisme otak, deposisi beta amiloid, hilangnya sinaps neuron di otak, dan kemudian menyebabkan penurunan fungsi kognitif hingga demensia.

Baca Juga:Selain Sunnah, Konsumsi Madu dan Kurma Efektif Perbaiki Sikulus Haid

Perempuan menopause juga lebih rentan mengalami gangguan suasana hati, yang meliputi perasaan gelisah, sensitif, dan perubahan suasana hati yang fluktuatif (mood swing). Ini karena penurunan hormon estrogen berperan penting dalam perubahan suasana hati, terkait dengan fungsinya dalam regulasi sintesis dan metabolisme berbagai neurotransmitter terkait mood, seperti serotonin, dopamine, dan norepinephrine.

Disregulasi dari berbagai neurotransmitter tersebut pada daerah hipothalamus, korteks prefrontal, dan sistem limbik dapat menyebabkan gangguan mood dan perasaan lelah (fatigue).

Perubahan mood tersebut nantinya dapat berkembang menjadi lebih berat dan menyebabkan gejala kecemasan dan depresi. Gejala kecemasan ditandai dengan perasaan gelisah, panik, berkeringat, hingga sesak napas. Sementara, depresi dapat ditandai dengan perasaan lelah, tidak berenergi, gangguan tidur, konsentrasi yang buruk, dan perubahan berat badan yang dapat memperburuk kualitas hidup.

Walau begitu tak semua orang merasakan masalah psikologis, salah satunya faktor protektif lebih banyak, sehingga gangguan tak terjadi.

Pada mereka yang rentan mengalami masalah psikologis, riwayat gangguan mental dan kepercayaan diri yang buruk, maka dapat menjadi target pendekatan terapi. Diharapkan mereka nantinya dapat adaptif dan menguat faktor protektifnya.

Baca Juga:Resep dr.Zaidul Akbar Buat Wanita Hadapi Siklus Berakhir Menstruasi, Konsumsi 2 Herbal Ini Ada Manfaat Baik

Menguatkan faktor protektif juga dapat dilakukan dengan melatih menurunkan kadar stres, misalnya melalui rutin berolahraga dan melatih pola pikir. Hubungan dalam keluarga dan pasangan yang baik juga dapat membantu meringankan stres akibat menopause dan membantu perempuan menjadi lebih resilien dalam melewati fase ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini