Mengenal Bedug Kyai Wahyu Tengara Masjid Agung Solo, Berawal dari Tradisi Gamelan untuk Penanda Waktu Salat

Masjid Agung Solo terdapat salah satu peninggalan raja-raja keraton.

Ronald Seger Prabowo
Selasa, 12 April 2022 | 18:21 WIB
Mengenal Bedug Kyai Wahyu Tengara Masjid Agung Solo, Berawal dari Tradisi Gamelan untuk Penanda Waktu Salat
Bedug Kyai Wahyu Tengara Masjid Agung Solo. [Suara.com/Ari Welianto]

Jadi setelah adzan waktu shalat selesai lalu ditabuh bedug untuk memanggil jamaah buat datang ke masjid. 

"Jadi ini juga kelengkapan setelah adzan. Selalu ditabuh saat memasuki waktu shalat," sambungnya.

Untuk nama bedug Kyai Wahyu Tengara ini.

Karena orang-orang keraton itu menamakan sesuatu yang dimuliakan dengan nama kyai.

Baca Juga:Viral Ustaz Yazid Sebut Menabuh Bedug Haram: Tak Ada Hubungan dengan Ajaran Islam

"Bedug ini diberi nama Kyai Wahyu Tengara untuk menandai panggilan wahyu Allah, yakni shalat. Biasanya dibuat sepasang, karena keraton itu kalau buat sesuatu pasti sepasang," jelas dia.

Saat bulan Ramadhan itu sebenarnya ada tradisi selalu ditabuh malam hari atau menjelang sahur.

Sekarang sudah tidak, tapi nanti tradisi ditabuh malam hari akan dilakukan lagi.

"Biasanya ditabuh pukul 00.00 WIB sampai pukul 00.30 WIB. Penanda sudah berganti hari dan mau persiapan sahur. Kalau yang rutin itu tiap Jumat menjelang adzan pertama," tandasnya.

Kontributor : Ari Welianto

Baca Juga:Heboh! Ustaz Yazid Sebut Menabuh Bedug di Masjid Haram: Kebiasaan Orang Kafir, Biasa Digunakan untuk Memanggil Roh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini