Sekarang Kampung Ngentak sudah rata dengan tanah, tidak ada bangunan yang tersisa.
Ia pun merasa kesepian, karena biasanya ramai dan sering kumpul serta ngobrol dengan warga. Kalau kumpul biasanya di depan rumah, karena kebetulan rumahnya juga warung soto.
Tapi sekarang tidak bisa lagi kumpul-kumpul dengan warga. Karena sudah tidak ada warga lagi, ada paling warga kampung sebelah.
"Kalau malam biasanya ramai, sekarang sepi tinggal saya sendiri. Mau tidak mau harus menerima," sambung seorang petani ini.
Baca Juga:Pembagian Pasaran dalam Pasar Tradisional Jawa
Sumanto bersama istri bernama Yomani dan dua anaknya sudah tinggal disini sejak tahun 2013 lalu.
Sebelum di Kampung Ngentak tinggal di Delanggu dan berjualan disana, tapi terkena gusur proyek pelebaran jalan.
"Dulu saya di Delanggu, tapi kena gusur proyek pelebaran jalan. Terus pindah kesini," kisahnya.
Sebenarnya, lanjut dia, proyek jalan tol ini sudah ada sejak zaman Presiden Suharto. Tapi dulu lokasi yang terkena bukan di kampungnya tapi beda kampung.
Namun saat Presiden Suharto lengser rencana jalan tol berhenti lama, rencana mau diteruskan sama putri Suharto, Siti Hardijanti Hastuti Indra Rukmana (Mbak Tutut) tapi juga tidak jalan.
Baca Juga:Menengok Ritual Ganti Jeneng Bayi di Klaten
Kemudian dilanjutkan sama Presiden Joko Widodo (Jokowi), tapi lokasi yang terkena bergeser. Bukan di kampung sebelah tapi Kampung Ngentak.