Diduga Diracun Kakak Ipar, Wanita di Klaten Tewas Usai Minum Air di Kulkas

Wanita di Klaten tewas usai minum air dari dalam kulkas, ia diduga diracun oleh kakak iparnya

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 02 November 2021 | 14:24 WIB
Diduga Diracun Kakak Ipar, Wanita di Klaten Tewas Usai Minum Air di Kulkas
Ilustrasi racun. Wanita di Klaten tewas usai minum air dari dalam kulkas, ia diduga diracun oleh kakak iparnya. [Shutterstock/pzAxe]

SuaraSurakarta.id - Warga Klaten meninggal setelah meminum minuman beracun di rumahnya pada Senin (1/11/2021). 

Ia adalah Hany Dwi Susanti, 28, seorang ibu tiga anak di Panggang Welut RT 012/RW 006, Desa Taji, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten

Menyadur dari Solopos.com, Wanita di Klaten tersebut diduga tidak melakukan bunuh diri melainkan dibunuh.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, Hany beserta suami, Sigit Nugroho, 35, dan tiga anaknya semula pergi menjenguk orang tuanya di Wonogiri, Minggu (31/10/2021). HDS sekeluarga pulang ke rumahnya di Panggang Welut, Desa Taji, Kecamatan Juwiring, Minggu malam.

Baca Juga:Uang di Kantong Tinggal Rp5.000, Pemuda Asal Klaten Nekat Bobol Kotak Infaq

Begitu tiba di rumah, Hany beserta anggota keluarganya langsung beristirahat. Di Desa Taji, Kecamatan Juwiring, Hany dikenal sebagai tukang laundry. Sedangkan suaminya bekerja sebagai tukang membikin etalase dari aluminium.

Sehari berikutnya setelah dari Wonogiri, Senin (1/11/2021), Hany keluar rumah mencari sayuran. Setelah pulang, Hany merasa haus dan langsung mengambil minuman air putih yang disimpan di kulkas. Selang lima menit, Hany sempat bilang ke suaminya rasa air yang baru saja diminum berasa pahit. Selanjutnya, HDS pingsan dan ditolong suaminya.

Air Minum Berasa Pahit

Sigit sempat teriak-teriak minta tolong ke orang-orang terdekatnya. Berikutnya, Sigit memberitahukan ke ayah mertua, Slamet Santosa, 57, agar segera datang ke rumahnya.

Begitu tiba di rumah Hany, Slamet Santosa sebenarnya sudah mengetahui jika anak perempuannya itu telah meninggal dunia. Namun hal itu tak segera diberitahukan ke menantunya. Sejurus kemudian, tim medis yang mengecek kondisi HDS menyatakan bahwa ibu dengan tiga anak tersebut sudah meninggal dunia.

Baca Juga:Wow! Air Hujan di Klaten Ini Bisa Sembuhkan Orang Sakit

Di tengah kondisi berduka, Sigit memperoleh informasi dari kakaknya, Umi Nurwati, bahwa air minum yang berada di kulkas berasa pahit.

Lantaran curiga, Sigit mencicip air yang disimpan dalam wadah di kulkas. Ternyata air itu berasa getir dan panas di mulut. Di saat itulah, muncul kecurigaan bahwa istrinya meninggal dunia karena diracun.

“Di dalam kulkas itu ada minuman es teh dan enam botol berisi air putih [termasuk air mineral]. Rinciannya ada dua botol air mineral, satu botol air, dua botol tupperware berisi air putih, dan es teh,” kata Sigit, saat ditemui wartawan di Taji, Kecamatan Juwiring, Selasa (2/11/2021) pagi.

Hal senada dijelaskan ayah Hany, Slamet Santosa. Munculnya dugaan HDS meninggal dunia akibat diracun menyusul pengakuan Sigit yang merasakan air minum yang disimpan di kulkas.

“Airnya itu katanya berasa kemramas. Sigit Nugroho yang sempat merasakan [tak sampai diminum] sempat muntah-muntah dan bagian mulut/lidah menjadi keras. Ternyata, belakangan diketahui yang diberi racun itu tak hanya di air mineral/air putih. Tapi, air susu [milik anak Hany] dan garam di dapur juga diberi racun. Awalnya, orang kampung sini memang mengira Hany sakit,” kata Slamet Santosa.

Setelah memperoleh laporan adanya dugaan warga Taji diracun, Senin (1/11/2021) sore, polisi langsung mendatangi lokasi kejadian. Selain memeriksa sejumlah saksi, polisi langsung mengolah tempat kejadian perkara (TKP). Guna mempertajam analisisnya, polisi mengautopsi jenazah Hany.

Polisi Mendatangi TKP

Air minum yang tersisa di kulkas juga diteliti polisi melalui laboratorium forensik. Hasil sementara diperoleh bahwa Hany meninggal dunia karena diracun. Setelah autopsi rampung, HDS dimakamkan di Taji, Kecamatan Juwiring, Selasa dini hari.

“Kami sudah mendatangi lokasi kejadian perkara. Kami sudah mengamankan seorang yang terindikasi melakukan aksi itu. Untuk teknisnya, silakan ke Satreskrim Polres Klaten,” kata Kapolsek Juwiring, Iptu Sumardi, mewakili Kapolres Klaten, AKBP Eko Prasetyo.

Berdasarkan penelusuran, Hany sempat cekcok dengan salah seorang kakak ipar suaminya, SRB, 40, sekitar 3-4 hari sebelum Hany meninggal dunia.

SRB tinggal tak jauh dari rumah Hany. Sebelum meninggal dunia, SRB sering menjelek-jelekkan Hany dengan kata-kata kasar. Hany pun sempat menceritakan hal itu ke suaminya.

Sigit Nugroho tak terima dengan kata-kata kasar yang diucapkan SRB. Hingga akhirnya, SRB tak kuasa menahan emosi dan diduga menaruh racun apotas ke air minum yang disimpan keluarga Hany di kulkas. Kuat dugaan, SRB masuk ke rumah Hany dengan merusak pintu bagian samping.

“SRB itu infonya sudah ditangkap di Wonogiri. Sebelum ditangkap, SRB ini sempat ikut ke makam [saat penggalian kubur]. Waktu itu, ada warga yang bilang bahwa polisi telah datang ke Taji, Senin (1/11/2021) siang. Tahu polisi datang, SRB seolah-olah mblirit. Lalu, dia lari ke Wonogiri,” kata Slamet Santoso, ayah Hany.

Hal senada dijelaskan salah seorang saudara Hany, yakni Eko. Sebelum ditangkap, SRB dikenal memiliki pribadi yang songong.

“SRB itu kerjanya sebagai sopir truk damen alias pakan ternak [SRB memiliki satu istri dan empat anak]. Saat ini sedang proses cerai dengan istrinya. Selaku anggota keluarga, kami berharap kasus ini diusut tuntas. Pelaku dihukum seberat-beratnya,” katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak